59. Antara Nyaman dan Cinta

788 104 7
                                    

Happy Reading
.
.

Malam ini, Sasuke tidak bisa tidur. Disamping karena kepalanya yang masih berdenyut, juga karena dirinya sibuk memikirkan bagaimana keadaan Naruto. Apakah wanita itu baik-baik saja, mengingat wajahnya yang pucat saat bertemu di rumah sakit tadi.

Untuk mengurangi rasa khawatirnya, Sasuke coba menghubungi ponsel Naruto, tapi hanya suara operator yang menjawab, mengatakan jika nomor yang ditujunya sedang tidak aktif. Ia semakin dilanda cemas karena tidak mengetahui bagaimana kabar wanita itu saat ini.

Rasanya ingin sekali ia keluar malam ini untuk menemui Naruto, tapi kondisinya masih lemah. Pria itu hanya bisa bersabar sampai pagi, semoga di esok hari keadaannya sudah jauh lebih baik.

"Maafkan keegoisanku, Naru...."

Sasuke sadar jika dirinya salah karena telah mengabaikan Naruto dan hal itu justru membuat hubungan mereka semakin tidak jelas. Sasuke bertekad untuk segera menyelesaikan permasalahan itu, apakah nantinya ia akan bisa bersama dengan Naruto atau bahkan harus melepaskan wanita itu untuk kembali bersama suaminya. Apapun yang akan terjadi nanti, Sasuke sudah membulatkan tekad. Namun, harapan terbesarnya tetap sama, yaitu bisa bersatu dengan Naruto dan membangun rumah tangga bersama sebagai dua orang yang pernah tersakiti. Luka telah mengajarkan mereka tentang bagaimana caranya untuk saling menguatkan.

.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Naruto tengah berbaring nyaman di salah satu ranjang yang ada di rumah sakit. Ya... setelah Sasuke meninggalkannya sore tadi, Naruto memilih untuk menginap di rumah sakit. Ia menyewa sebuah kamar untuk ia tempati malam ini. Walaupun keadaannya sudah baik-baik saja, tapi ia enggan untuk pulang ke rumah.

Naruto menatap langit-langit kamar yang berwarna putih, saat ini pikirannya tengah berkecamuk memikirkan bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Sasuke. Pria itu memintanya untuk kembali memikirkan ulang akan hubungan mereka.

Jujur saja, selama beberapa bulan mengenal Sasuke, Naruto merasakan kenyamanan yang mungkin tidak pernah dirasakannya saat bersama dengan Gaara. Kedua pria itu berbeda, Gaara dengan kebaikan hati dan sikap romantisnya, sementara Sasuke dengan perhatian dan kelembutannya yang selalu berhasil membuat Naruto luluh.

Dulu, Naruto begitu mencintai Gaara. Namun, rasa cintanya pada Gaara perlahan memudar seiring dengan luka dan kesedihan yang diberikan oleh suaminya itu. Saat ia terpuruk, terluka dan butuh sandaran, selalu ada Sasuke yang sedia di sampingnya, mengobati luka, menguatkan hati dan memberikan bahu untuknya bersandar. Naruto merasa nyaman bersama Sasuke, tapi yang jadi pertanyaannya saat ini adalah... apakah nyaman itu bisa diartikan dengan cinta? Hal itu yang masih membuatnya bingung.

"Gaara..." Naruto mencoba memanggil nama pria yang pernah ia cinta dan juga pernah menorehkan luka padanya. Naruto merasa perasaannya biasa saja, tidak ada yang bergetar di dalam hatinya. Berbeda jika ia memanggil nama itu saat mereka masih bersama dulu, hatinya pasti akan langsung berdebar.

Naruto menghela napas pelan, entah apa yang kini tengah dilakukannya. Apakah dengan cara ini ia bisa memantapkan hati, kepada siapa sebenarnya cintanya berlabuh. Masih bertahan di pelabuhan yang sama, atau kapalnya sudah berlayar, pindah dan berhenti di pelabuhan yang baru.

"Sasuke... Kini nama pria itu yang Naruto gumamkan.

Deg

Benar saja, dadanya langsung berdenyut nyeri. Apalagi kala teringat kejadian tadi sore. Melihat kedekatan Sasuke bersama mantan istrinya, ia sakit. dan terluka. Ia merasa tidak rela jika ada wanita lain yang begitu dekat dengan Sasuke. Apakah ia cemburu? Bukankah cemburu itu tanda cinta?

Naruto memejamkan matanya, memikirkan semua kerumitan ini membuat dirinya lelah. Tak lama kemudian, terdengar dengkuran halus sebagai pertanda jika wanita itu sudah pindah dari dunia nyata ke alam mimpi.

.

Pagi hari, Sasuke merasa tubuhnya sudah jauh lebih baik. Kepalanya juga tidak sakit lagi seperti kemarin. Setelah sarapan, ia berniat untuk langsung menyambangi kediaman Naruto, ingin melihat keadaan wanita itu.

Setelah berkendara kurang lebih tiga puluh menit, Sasuke akhirnya sampai di kediaman Naruto. Ia menekan bel sebagai tanda kedatangannya. Tak lama berselang, seorang pelayan membukakan pintu.

"Selamat pagi, Tuan," sapa si pelayan. Wanita paruh baya itu sudah mengenal Sasuke karena pria itu sering datang ke rumah menemani majikannya yang masih dalam masa pemulihan pasca operasi, beberapa hari ini.

"Apa Naruto ada, Bi?" tanya Sasuke.

"Maaf, Pak. Semalam nona Naruto tidak pulang. Bahkan supir yang mengantarkan nona ke rumah sakit kemarin pun belum juga kembali," beritahu si pelayan.

Deg

Sasuke terdiam, apakah Naruto masih di rumah sakit, pikirnya. Benarkah jika wanita itu sakit sampai harus menginap di sana.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu, Bi." Sasuke segera pamit dan berjalan cepat memasuki mobilnya. Kini tujuannya adalah rumah sakit tempatnya di rawat kemarin.

.

Setelah sarapan di kantin rumah sakit. Naruto meminta sang supir untuk mengantarkannya ke sebuah butik. Wanita itu ingin membeli satu set pakaian sebagai pengganti bajunya kemarin yang sudah kotor.

Kini penampilan Naruto sudah rapi dan bersih. Ia sudah siap untuk menemui bayinya di rumah sakit. Kebetulan rumah sakit tempatnya menginap semalam berbeda dengan rumah sakit di mana Reina dirawat.

Sampai di depan ruang NICU, dari kaca transparan ruangan itu, Naruto melihat di dalam sana ada Gaara yang sedang memberikan anak mereka susu. Memang, setiap hari Naruto akan memerah ASInya, lalu Sasuke yang biasa akan mengantarkannya ke rumah sakit untuk stok ASI bagi Reina.

"Gaara!" panggil Naruto saat dirinya sudah berada di samping pria itu. Saking asik dan fokusnya Gaara meberikan susu pada anaknya, sampai-sampai dia tidak menyadari kehadiran Naruto. Setelah disapa, baru pria itu menoleh.

"Naruto?" Gaara mengulas senyum tipis setelah menyadari keberadaan Naruto.

"Bagaimana keadaan Reina?" tanya Naruto. Ia melihat bayi mungilnya yang tampak lahap menyedot botol susu yang isinya hampir habis.

"Dia baik-baik saja, berat badannya berangsur normal. Kata dokter, tiga hari lagi Reina sudah diperbolehkan pulang."

Mendengar penuturan Gaara, Naruto merasa sangat bahagia. Sebentar lagi putrinya sudah bisa dibawa pulang dan mereka tidak akan terpisahkan lagi.

Gaara memberikan botol Reina sendawa terlebih dahulu.

Naruto terharu melihat perhatian Gaara pada bayi mereka. Hanya saja, saat ia dengan sengaja menatap dalam wajah pria yang masih menjadi suaminya itu, Naruto tak lagi merasakan getaran cinta. Apakah benar jika cintanya untuk ayah Reina itu sudah terkikis habis?

.

Sasuke sampai di rumah sakit, ia menanyakan pada bagian administrasi apakah ada pasien yang bernama Naruto..

"Ada, Pak. Kemarin memang ada seorang wanita bernama Naruto yang memesan kamar di rumah sakit ini, tapi sekarang beliau sudah pergi meninggalkan rumah sakit."

Sasuke menghembuskan napas kasar, sepertinya ia terlambat.

"Kalau boleh tahu, apa keluhan wanita itu hingga harus menginap di rumah sakit?" tanya Sasuke penasaran.

"Pasien bernama Naruto itu mengeluhkan sakit pada bekas jahitan pasca operasinya, Pak. Di data ini mengatakan jika bekas jahitan pasien berair."

Deg

"Terima kasih atas infonya."

Gaara berbalik dan berjalan gontai keluar dari rumah sakit. Ia merasa sangat bersalah karena tidak ada di samping Naruto saat wanita itu sakit, bahkan dengan tega ia memilih pergi meninggalkannya bersama Sakura.

"Kau di mana, Naru?" lirihnya.

Bersambung

Jangan lupa Vote, Comment dan Follow
Terima kasih sudah membaca... 🙏🏻😊

Love AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang