52. Custody

1K 112 4
                                    

Happy Reading
.
.


Hinata meringkuk di balik sel tahanan, ancaman hukuman yang akan diterimanya nanti, terus terngiang-ngiang di benaknya. Membayangkan akan menjalani hari-harinya di penjara selama dua tahun, membuatnya tak sanggup. Terlebih, ia harus meninggalkan Ryuga kecil yang masih sangat membutuhkan dirinya.

"Kenapa nasibku jadi seperti ini?" lirihnya sendu. Kedua orang tua dan kakaknya sudah angkat tangan dalam masalah ini, mereka menyerahkan semua pada pihak berwajib. Hinata benar-benar sendiri sekarang, tidak ada yang peduli lagi padanya.

Ibu satu anak itu merenung, mengingat kembali semua kesalahan yang sudah dilakukannya hingga berakhir dibalik jeruji besi. Hati nuraninya bergetar, ia sadar jika semua perbuatan yang sudah dilakukannya selama ini adalah hal yang salah, mulai dari berzina, durhaka pada orang tua, dan jadi orang ketiga dalam rumah tangga orang lain. Semua dosa besar yang sangat dibenci oleh Tuhan, sudah ia lakukan semua. Lalu, apakah ini adalah hukuman yang pantas untuk semua dosa-dosanya?

Hinata rasa, hukuman ini belumlah seberapa dibandingkan dengan semua dosa yang sudah ia perbuat. Apakah Tuhan akan menerima tobatnya jika ia bersungguh-sungguh meminta maaf? Entahlah... saat ini Hinata hanya fokus memikirkan bagaimana nasibnya ke depan dan juga bagaimana nasib putranya selama jauh dari dirinya.

"Ryu, ibu merindukanmu, Nak..." Air mata Hinata jatuh berderai kala merindukan anaknya yang kini entah bagaimana kabarnya.

.

Oweek... owekk... owekk...

"Aduh... Sasori, anakmu ini menangis terus. Aku pusing," pekik Sakura.

"Tolong kau gendong sebentar, aku masih harus membuatkan susu untuknya!" teriak Sasori dari arah dapur.

"Kenapa membuat susunya lama sekali? Ini anakmu sudah kelaparan!" balas Sakura dengan suara keras. Hal tersebut membuat Ryuga semakin mengencangkan suara tangisnya karena terkejut.

"Arghhh... dasar cerewet! Kau membuatku tidak fokus!" jerit Sasori kesakitan. Pria itu baru saja menuang air panas dan tak sengaja mengenai tangannya.

"Ish, menyebalkan!" Sakura terpaksa harus menggendong Ryuga dan mengayunnya perlahan agar bayi delapan bulan itu berhenti menangis.

"Cup... cup... diam ya, Nak. Aku pusing mendengar suara tangisanmu itu," bujuk Sakura rada kesal.

Ting... Nong

Baru saja Sakura berhasil menenangkan Ryuga, bunyi bel apartemen terdengar.

"Siapa sih yang bertamu malam-malam begini?" gerutu wanita hamil itu. Sembari menggendong Ryuga yang mulai anteng, ia berjalan malas menuju pintu masuk.

Cklekk

Saat pintu terbuka, Sakura melihat sudah ada tiga orang dewasa yang berdiri berhadapan dengannya, salah satunya adalah orang yang ia kenal yaitu Neji. Dua orang lagi adalah sepasang paruh baya yang tak dikenalnya.

"Selamat malam Sakura-san, maaf kalau kedatangan kami mengganggu waktu istirahatmu," ucap Neji tak enak hati.

"Selamat malam, tidak apa-apa kok. Ngomong-ngomong, ada apa ya?" tanya Sakura.

Love AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang