13. Decision

1.5K 177 14
                                    

Happy Reading
.
.


Dua minggu berlalu begitu cepat. Selama itu Gaara sama sekali tidak membiarkan Naruto melakukan apapun, bahkan beranjak dari rumah saja tidak diizinkannya. Pria itu sengaja pulang cepat setiap harinya hanya karena ingin lebih banyak waktu dengan Naruto yang tengah hamil muda. Rasanya, tidak ingin ia lewatkan setiap detik pun perkembangan calon buah hatinya yang tengah bersemayam di rahim Naruto.

"Sayang, mau makan apa lagi? Biar aku carikan." Dari lima menit yang lalu Gaara setia mengelus perut Naruto yang saat ini sedang fokus menyaksikan acara komedi di televisi.

Wanita itu meraih tangan Gaara dan menjauhkannya dari perut. "Ish... kau lihat tidak, perutku ini sudah buncit, bukan karena babynya yang tambah besar tapi karena kau memaksaku makan terus dua minggu ini. Lihat! Lemak perutku bertambah" protes Naruto kesal.

Gaara ciut, niatnya baik, ingin istri dan calon anaknya mendapatkan asupan makanan sehat dan bergizi setiap hari, tapi ternyata hal itu membuat Naruto murka. "Maafkan aku, sayang."

Deg

"Ma-maksudku bukan begitu, Gaara. Aku sedang tidak lapar saat ini. Jika nanti aku menginginkan sesuatu, akan ku beritahu padamu." Naruto merasa sedikit bersalah. Tidak seharusnya ia membentak Gaara padahal suaminya itu bermaksud baik. Salahkan saja hormon kehamilan yang membuat dirinya sensitif belakangan ini.

"Iya, aku mengerti." Gaara masih terlihat murung, membuat Naruto meringis.

"Sayang, babynya ingin jus mangga," bisik Naruto di telinga Gaara.

Pria itu cepat menoleh, matanya seketika berbinar. "Akan segera datang." Lantas berlari ke dapur untuk membuat pesanan.

Naruto dari tempat duduknya hanya bisa terkekeh. Suaminya memang begitu pengertian, membuatnya semakin cinta.

.

Berbeda dengan hubungan Naruto-Gaara yang semakin lengket, rumah tangga Sasuke-Sakura justru sebaliknya. Sudah dua minggu Sasuke tidak mengacuhkan istrinya. Ia memilih menyibukkan diri di kantor, sampai pernah beberapa kali tidak pulang. Alasannya simple, ia masih tidak bisa memaafkan perbuatan Sakura yang dengan sengaja telah melenyapkan anak mereka.

"Bos, kau tidak pulang lagi hari ini?" tanya Suigetsu. Pria itu adalah sahabat sekaligus bawahan Sasuke, ia bekerja sebagai salah satu manager di perusahaan itu. Sudah jam sepuluh malam, tapi bosnya itu masih berada di dalam ruangan kantornya.

"Tidak," jawab Sasuke singkat.

Suigetsu menarik kursi di depan Sasuke dan mendudukinya. Pria itu menatap sang sahabat yang nampak murung beberapa hari ini.

Drrrtt... drrrtttt... drrrtt......

Ponsel Sasuke yang berada di atas meja bergetar. Suigetsu bisa melihat dengan jelas nama siapa yang tertera sebagai pemanggil dari layar ponsel Sasuke yang menyala.

"Kenapa tidak kau angkat panggilan dari istrimu?" tanyanya.

"Tidak penting." Begitu jawab Sasuke. Pemimpin dari Taka Company itu terlihat sibuk dengan laptopnya. Entah apa yang dikerjakannya sedari tadi, karena setahu Suigetsu, pekerjaan Sasuke sudah beres dari tadi sore.

"Kau ada masalah dengan istrimu?" tebak Suigetsu. Dilihat dari sikap Sasuke yang mengabaikan panggilan istrinya, jelas jika hubungan keduanya sedang tidak baik-baik saja.

"Hn." Lagi dan lagi hanya kata singkat yang dikeluarkan Sasuke.

Suigetsu mendesah lelah melihat kelakuan sahabatanya. "Jika ada masalah sebaiknya dibicarakan baik-baik, jangan dibiarkan berlarut-larut. Sudah dua minggu ini ku lihat kau sering menghabiskan malam di kantor. Kasihan istrimu yang menunggu di rumah," jelas Suigetsu bijak.

Love AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang