24. Dilemma

1.3K 193 28
                                    

Happy Reading
.
.


"Kak Sai!" pekik Naruto tak percaya.

"Hi, Naruto!" Sai balas menyapa. Pria itu berjalan menghampiri si pirang dengan Inojin dalam gendongannya.

"Ternyata benar dugaanku, Inojin ini anakmu, Kak. Kalian mirip sekali, kecuali rambut dan warna mata." Naruto menelisik takjub saat melihat Sai dan Inojin saling berdekatan.

"Tentu saja." Sai tertawa kecil. Ayah dari Inojin itu kemudian menyerahkan sang anak pada ibunya.

"Bagaimana keadaanmu saat ini?" Sai menatap Naruto serius. Kini pria itu duduk pada bangku samping ranjang si pirang.

"Kakashi-san, bisa kita keluar sebentar?" Ino berbisik pada Kakashi.

"Baik." Angguk si pria bermasker.

Ino dan Kakashi meninggalkan mereka berdua. Ino hanya ingin memberi ruang dan waktu agar Sai bisa berbicara leluasa dengan Naruto yang sudah lama tak dijumpainya.

Naruto termenung, ia tahu pasti apa yang tengah ditanyakan Sai, bukanlah keadaan fisiknya saat ini, melainkan keadaan hatinya.

"Aku tidak tahu, Kak." Naruto pun menjawab setelah lama terdiam. "Disatu sisi aku ingin memberikan kesempatan untuk Gaara, tapi mengingat jika di sana dia memiliki wanita lain bahkan juga anak, sepertinya akan sulit untuk ku terima."

Sai meraih tangan Naruto dan menggenggamnya. "Aku sudah mendengar semua cerita dari Gaara. Ia khilaf dan merasa sangat menyesal untuk hal itu," ucap Sai.

Naruto mengamati ekspresi Sai saat mengatakannya. Bukankah pria itu membenci Gaara, tapi kenapa sekarang terkesan seperti membela. Naruto sama sekali tidak paham.

Seakan mengerti maksud dari tatapan Naruto, Sai pun menjelaskan. "Aku dan Gaara sudah bicara, kami sepakat untuk saling memaafkan. Masalah terdahulu, kami anggap sudah selesai. Tidak baik menyimpan dendam karena akan banyak kerugian yang dapat ditimbulkan. "

Naruto mengangguk, perkataan Sai seratus persen benar. Namun, dalam masalah yang sedang ia hadapi kini, haruskah ia memaafkan Gaara? Seandainya saja, tidak ada anak di antara mereka, Naruto sudah pasti akan memberikan suaminya itu kesempatan, tapi...

"Apa yang harusku lakukan, Kak?" tanya Naruto putus asa.

"Aku tidak bisa memberikanmu jawaban apa-apa, tapi ingatlah satu hal sebelum kau mengambil keputusan!"

"Apa itu?"

"Janin dalam kandunganmu. Terserah, kau ingin memberi kesempatan atau mungkin ingin mengakhiri hubunganmu dengan Gaara, tapi pertimbangkan juga keberadaan janin dalam perutmu. Bagaimana pun juga, dia adalah tanggung jawab kalian berdua. Jangan hanya karena mementingkan ego masing-masing, anak kalian akan menderita nantinya."

Naruto menjadi dilema. Tak tahu pilihan apa yang harus diambilnya sekarang. Menerima Gaara kembali yang berarti harus menerima anak dari wanita itu juga, atau berpisah dari Gaara yang akan membuat calon anaknya nanti kehilangan figur seorang ayah.

"Pikiran perlahan, jangan terburu-buru dan juga memaksakan diri!" peringat Sai saat melihat Naruto termangu.

"I-iya."

.

Gaara masih belum bisa menemukan keberadaan Naruto. Sebenarnya mudah saja jika dia ingin tahu di mana keberadaan istrinya itu dengan menyewa seseorang untuk mencari tahu. Namun, Gaara tidak ingin itu, ia ingin mencari Naruto dengan usahanya sendiri.

Siang ini, setelah semua pekerjaannya di kantor selesai. Gaara memutuskan untuk kembali mencari Naruto. Tujuannya kali ini adalah toko kue milik istrinya. Entah kenapa Gaara merasa jika Naruto ada di sana.

Love AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang