62. Keguguran

896 100 7
                                    

Happy Reading
.
.

Hinata menjalani hari-harinya di dalam sel dengan menyedihkan. Setelah mengetahui jika dirinya tengah mengandung anak Gaara, wanita itu menjadi stress. Tubuhnya semakin kurus karena terus muntah dan tak bisa makan.

Hari ini adalah sidang pertama kasusnya Hinata. Sejak pagi tadi wanita itu tak berhenti muntah, badannya lemas dan kepalanya pusing. Apakah ia bisa melalui sidang hari ini dengan baik atau tidak.

"Perutku rasanya sakit sekali..." Hinata yang duduk bersandar di dinding sel hanya bisa merintih pelan. Ia memegangi perutnya yang nyeri luar biasa.

Tak lama kemudian, bunyi jeruji besi yang dibuka terdengar nyaring. Seorang polisi wanita datang dan menghampirinya.

"Hyuuga-san, sidang akan segera dimulai," kata si polisi.

Hinata mengangguk lemah. Dengan sisa tenaga yang ada, ia mencoba berdiri. "Arghhh..." Erangan keluar saat rasa sakit di perutnya semakin menjadi.

"Ada apa, Hyuuga-san?" Polisi tersebut membantu Hinata yang tengah kesakitan. Ia memapah tubuh ringkih yang terlihat tak bertenaga itu.

"Perutku sakit sekali, arghh....." Tubuh Hinata tak sanggup lagi untuk tegak. Ia jatuh terkulai ke bawah sembari meremas perutnya. Peluh dingin membanjiri seluruh tubuh. Wanita itu mulai menjerit kesakitan.

"Hyuuga-san!" Si polisi berteriak. Ia yang panik segera berlari keluar untuk memanggil rekannya.

Saat tiga orang polisi masuk, mereka menemukan jika Hinata sudah tak sadarkan diri.

"Darah!" pekik si polisi wanita kala matanya menangkap ada cairan merah yang mengalir di betis Hinata.

"Ayo kita bawa ke klinik!" Seorang polisi pria berbadan besar dan tegap langsung menggendong Hinata ala bridal dan segera melarikannya ke klinik terdekat.

.


Di ruang pengadilan, semua yang hadir mulai resah. Pasalnya, sudah lima belas menit berlalu, tapi tersangka yang akan disidang belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Ada apa ya? Kenapa wanita itu belum masuk juga?" Naruto berbisik pada pria di sebelahnya. Siapa lagi kalau bukan Sasuke. Mereka berdua memutuskan untuk menghadiri sidang dan mengikuti prosesnya. Sementara Reina harus ditinggalkan di rumah bersama pelayan. Bayi kecil itu tidak mungkin dibawa ke tengah ruang sidang, takut menangis dan mengganggu jalannya persidangan.

"Kita tunggu saja." Hanya itu yang dapat Sasuke katakan. Sedari tadi pria itu terus menggenggam tangan Naruto, memberi ketenangan juga kekuatan.

Tak lama berselang, seorang polisi datang dan langsung menghampiri hakim. Mereka terlibat pembicaraan yang cukup serius.

Suara riuh dari tamu yang hadir membuat hakim ketua mengetuk palunya untuk membuat keadaan tenang. Benar saja, ruangan menjadi hening seketika.

"Tersangka Hyuuga Hinata saat ini sedang tidak sehat, jadi tidak bisa mengikuti persidangan, maka dengan sangat menyesal saya harus mengabarkan jika persidangan kasus ini harus ditunda untuk waktu yang tidak ditentukan."

TUK

Palu diketuk sekali. Semua orang kembali riuh, bertanya-tanya apa yang gerangan yang terjadi pada Hinata.

"Hinata sakit apa ya, Yah?" tanya Hikari pada suaminya. Suara wanita paruh baya itu terdengar cemas.

"Ayah tidak tahu, Bu. Sebaiknya kita keluar dan tanyakan pada polisi yang berjaga."

Kedua orang tua Hinata langsung meninggalkan ruang sidang untuk menemui anak mereka.

"Sasuke, Naruto, apa kalian mau ikut? Aku mau melihat keadaan Hinata..." tanya Gaara yang sudah bangkit dari duduknya.

Love AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang