20. Dismissive

1.3K 191 27
                                    

Happy Reading
.
.


Gaara memandang wajah letih yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit. Dia adalah seorang wanita yang baru saja mengubah status Gaara menjadi seorang ayah dengan menghadirkan seorang putra. Terbesit sedikit rasa kesal pada si wanita karena kelalaiannya membuat bayi itu harus lahir sebelum waktunya.

"Gaara..." Lirih si wanita yang tak lain adalah Hinata, dia baru saja membuka mata pagi ini setelah beristirahat semalaman karena lelah sehabis melahirkan.

"Kau sudah bangun?" Gaara yang duduk di sofa ruang inap VIP itu bangkit dan berjalan menghampiri ibu dari anaknya.

Hinata mengangguk pelan menjawab pertanyaan Gaara. Wajah wanita itu masih pucat, tapi raut bahagia tetap terlihat di sana. "Di mana anakku?" tanyanya

"Anak kita ada di ruang bayi. Dia masih lemah dan harus berada di inkubator."

Anak kita? Hinata menitikkan air mata haru saat mendengar Gaara menyebut putra yang baru saja dilahirkannya sebagai anak kita. Apa itu berarti jika pria yang dicintainya ini telah menerima anaknya?

"Apa aku boleh melihatnya?" mohon Hinata.

"Baiklah, tunggu sebentar!" Gaara berjalan ke luar kamar. Ia ingin meminjam kursi roda untuk bisa membawa Hinata bertemu bayinya. Ia yakin jika wanita itu masih belum sanggup berjalan setelah melahirkan.

Hinata menatap kepergiaan Gaara dengan senyuman penuh arti. Ia senang, sebab sang anak akan mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah. Biarlah ada hati-hati yang terluka karenanya, yang Hinata pedulikan hanya nasib ia dan anaknya saja.

.

Gaara mendorong kursi roda Hinata menuju ruang bayi. Perawat yang berjaga di sana menghampiri keduanya.

"Apa Ibu ingin menyusui bayinya?" tanya si perawat pada Hinata. Perawat itu tahu jika bayi yang berada di dalam inkubator adalah anak dari pasangan yang ditemuinya. Kebetulan, dialah perawat yang membawa bayi Hinata dari ruang bersalin menuju ruang bayi, kemarin.

"Iya, Suster." Hinata mengangguk antusias. Ia belum sempat memberi ASI pertama pada putranya.

"Silakan masuk."

Gaara mendorong kursi roda Hinata mengikuti langkah si perawat. Sampailah mereka di samping inkubator, di mana ada malaikat kecil yang terpejam di dalamnya.

"Saya akan keluarkan bayinya..." Perawat itu membuka inkubator, lalu menggendong bayi kecil itu lalu menyerahkannya pada si Ibu.

"Anak Mama..." Hinata menitikkan air mata bahagia saat si bayi merah berada di dalam pelukannya. Wanita itu mengecup kening bayinya dengan lembut.

"Bapak... Ibu, dokter mengatakan jika bayi kalian sudah bisa keluar dari inkubator. Dia sudah jauh lebih kuat dari sebelumnya," jelas si perawat yang disambut bahagia oleh keduanya.

"Tapi, apa tidak masalah Sus, pasalnya anak kami lahir sebelum waktunya?" tanya Gaara.

Nampak si perawat itu mengernyit heran mendengar ucapan Gaara. Hinata yang mendengarnya pun menjadi tegang.

"Maksud-,"

"Suster!" panggil Hinata cepat, memotong si perawat yang akan berbicara.

"Ya, Bu." Perawat itu mengalihkan perhatiannya pada Hinata.

"Tolong saya, bagaimana cara menyusuinya?" pinta Hinata.

"Baik, Bu."

Gaara hanya menatap dari jauh Hinata yang sedang menyusui putra mereka.

Love AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang