17. Rottenness

1.4K 184 12
                                    

Happy Reading
.
.

Naruto menatap hampa taman bunga di halaman depan rumahnya. Setiap hari hanya ini yang bisa ia lakukan, berleha-leha di rumah tanpa melakukan pekerjaan apapun. Tak jarang hal itu membuatnya bosan, rindu ingin mengunjungi Inojin atau bahkan menghabiskan harinya di toko kue.

Gaara terlalu over protektif, melarangnya ini dan itu, membuat Naruto kesal sendiri pada sang suami. Bicara tentang suami, ingatan Naruto melayang ke sikap suaminya tadi malam. Gaara pulang terlambat dengan wajah kusut dan tak enak dipandang. Naruto sama sekali tak bertanya karena jujur saja ia sendiri takut. Wanita itu hanya bisa bertanya-tanya dalam hati, apa kiranya yang telah membuat sikap suaminya mendadak aneh.

Drrrtt... drrrttt... drrrttt...

Ponsel di tangannya bergetar. Sebuah panggilan dari Gaara, orang yang sedari tadi tengah dipikirkannya. Dengan cepat diangkatnya panggilan itu, khawatir jika Gaara akan marah jika dia sampai terlambat mengangkat.

"Halo..."

"Kau di mana? Sedang apa?" Bukan membalas sapaan, Gaara malah memburunya dengan pertanyaan.

"Sedang duduk di halaman rumah, kenapa?" tanya Naruto sedikit jengkel.

"Ingat! Jangan kemana pun. Tetap di rumah!" Gaara memperingati.

"Iya."

"Ya sudah, nanti aku akan pulang cepat."

"Hn."

TIT

Naruto menghela napas, sikap Gaara masih seperti semalam. Dia menjadi lebih over protektif daripada sebelumnya. Entah apa yang membuat Gaara bertingkah seperti itu.

"Membuat pusing saja."

Drrrt... drrrttt... drrrtt...

Tak lama berselang, ponselnya kembali bergetar. "Ya Tuhan, kenapa dia begitu berlebihan," gerutu Naruto. Ia mengangkat panggilan yang dikira dari Gaara itu dengan kesal. Baru satu menit yang lalu menelpon, sekarang sudah melakukannya lagi.

"Apa lagi, Gaara?" tanyanya ketus.

"Maaf, Naruto. Ini aku," sahut seseorang di seberang sana.

Naruto melihat layar ponselnya. Ternyata dari Ino.

"Oh, maafkan aku, Ino. Aku kira tadi itu Gaara. Ada apa?"

"Tidak apa-apa, aku hanya khawatir, kau jarang main ke apartemen. Apa kau baik-baik saja?" tanya Ino.

"Iya, aku baik. Hanya saja sejak kehamilan ini, Gaara melarangku keluar."

"Hm, Inojin sepertinya merindukanmu."

"Aku juga, sayangnya aku tidak boleh keluar." Suara Naruto terdengar sedih.

"Bagaimana kalau aku saja yang datang ke rumahmu, apa boleh?"

"Boleh, tentu saja. Akan ku tunggu." Kini suara Naruto terdengar riang.

Love AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang