56. Pengikat

864 107 7
                                    

Happy Reading
.
.

Gaara mengendarai mobilnya dengan kalut, saat ini tujuannya adalah untuk menemui Sasori di rumah sakit tempat sepupunya itu bekerja.

Sampainya di rumah sakit, Gaara langsung bertanya pada resepsionis di mana ruangan Sasori berada. Ia pun menyusuri lorong sesuai arahan yang tadi diberitahukan padanya. Kini, Gaara sudah berdiri di depan pintu ruangan yang diyakininya milik Sasori.

Tanpa basa-basi, Gaara langsung membuka paksa pintunya. "Sasori!" teriaknya.

Sasori yang sedang membaca dokumen medis pasiennya, terperanjat kaget saat pintu ruangannya terbuka tiba-tiba. Ia melihat kemunculan Gaara di ambang pintu yang ternganga lebar.

"Gaara? Ada apa denganmu? Kenapa masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, kau membuatku kaget saja!" protes Sasori. Pria itu menutup dokumen yang tadi dibacanya lantas bangkit dari duduk dan berjalan menghampiri Gaara.

Gaara menatap nyalang pada anak dari bibinya itu. Rahangnya mengeras dengan gigi bergemeletuk.

Sasori yang menyadari ada sesuatu yang tidak beres kala melihat wajah bengis Gaara langsung merasa was-was. "K-kau kenapa?" tanyanya memberanikan diri.

Gaara tidak menjawab, dia melangkah mendekati Sasori dan segera mencengkram kerah kemeja biru yang digunakan sepupunya itu. "Kau harus menikahi Hinata!" desisnya.

Deg

"Ada apa ini?" Sakura yang memang ingin berkunjung ke ruangan kekasihnya, terkejut melihat apa yang sedang terjadi. Ia masuk ke dalam dan menutup pintunya, takut jika kejadian ini menjadi tontonan orang yang berlalu lalang di luar sana.

"Lepas!" Sasori menghempas tangan Gaara yang mencengkram kerah kemejanya. Pria itu sangat bingung dengan tingkah Gaara yang tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba datang dan memintanya untuk menikahi Hinata.

"Kau gila! Untuk apa kau menyuruhku untuk menikahi Hinata?" tanya Sasori emosi.

"Apa?" Sakura yang mendengar kekasihnya diminta untuk menikahi Hinata pun mulai bereaksi. "Kenapa Sasori harus menikahi wanita itu?" Ia turut menuntut jawaban dari Gaara.

"Karena saat ini Hinata sedang mengandung anakmu!" kata Gaara lugas.

Deg

"Apa?" Sasori dan Sakura bersorak bersamaan.

"Jangan mengarang! Bagaimana mungkin Hinata bisa hamil anakku, aku tidak pernah menyentuhnya!" elak Sasori.

Gaara dan Sakura langsung memicing curiga ke arah dokter tampan itu.

Sasori menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ya, aku pernah menyentuhnya... tapi itu dulu, saat dia masih menjadi kekasihku," jawabnya jujur.

Sakura masih menatap kekasihnya penuh selidik. "Bukankah waktu itu kau dan wanita itu terciduk olehku? Pasti kalian sering melakukannya di belakangku, kan?" tuduh wanita hamil tersebut.

"Sumpah, itu yang pertama kalinya semenjak Hinata tinggal di apartemen kita dan kami juga hanya berciuman saja. Untung saat itu kau datang tepat waktu, jadi aku tidak sampai menidurinya," jelas Sasori. Dilihat dari sorot matanya, pria itu memang berkata jujur. "Percaya padaku, sayang... aku tidak pernah lagi tidur dengan wanita lain selain dirimu."

"Baiklah, aku percaya..." ucap Sakura.

Sasori mendesah lega, ia kemudian menoleh dan menatap Gaara yang membeku di tempatnya. "Anak yang dikandung Hinata bukanlah anakku, itu pasti adalah anakmu. Bukankah kau sering menidurinya?" ejek Sasori, sinis.

Love AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang