45• Selesai

483 38 13
                                    

[EMPATPULUH LIMA]



HUJAN adalah satu hal yang sangat Devon benci di dunia ini.

Karna hujan, ia terpaksa harus berlari ke halte disaat dirinya tengah mengendarai sepeda motornya. Sebuah kebetulan karna saat itu, dengan sejelas itu, ia melihat Herma tengah memeluk seorang perempuan yang wajahnya tertutupi payung.

Dan karna hujan pula, ia harus mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh agar dapat sampai ke rumah lebih dahulu dari Okta. Dengan senang hati berjalan menuju rumahnya dan berniat memberikan surprise kecil-kecilan atas kembalinya sang Ibu dari luar kota. Sebuah keburu-buruan yang membuat Devon dengan sialnya berpapasan dengan Herma yang lagi-lagi tengah bersama perempuan itu.

Dua dari seribu keburukan yang ia temui disaat hujan, membuat Devon sangat tak menyukai cuaca satu itu.

Sampai Selenanya, yang dengan sialnya nampak selalu cantik di matanya datang menghampiri, menenangkannya disetiap hujan datang melanda. Perlahan membuat kenangan kelam itu lambat laun berubah menjadi begitu manis.

Hingga tepat dihari ini, apa yang ia takutipun terjadi. Bagaimana Selena berlari ke arah lobby rumah sakit dengan sambaran kilau kilat yang menyapa dari balik kaca bening disekitar.

Mencoba meraih pergelangan gadis itu dengan penuh harapan, bahkan bisa dipastikan, cowok itu belum menyadari kehadiran hujan di sekitar.

"Ini apaan maksudnya, Na? Kamu kenapa?"

Ada getaran yang terdengar disetiap kata yang cowok itu keluarkan, menatap Selenanya dengan manik memerah.

Sedangkan Selena, dibalik tangis tertahannya hanya berharap jika Devon bisa melepaskannya dan membiarkan dirinya pergi untuk kemudian menyalahkan dirinya sendiri atas semua kesialan ini. Kesialan yang menimpa mereka berdua, lebih tepatnya.

"Lo gak denger gue bilang apa tadi?" Mencoba bertahan dengan keadaan, Selena menatap Devon acuh, "Lepas!"

"Enggak, Na. Gak bakal aku lepasin sampe bercandaan kamu selesai." Kekeuh Devon bersungguh-sungguh.

Apa sekarang Selena tidak bisa melihat bagaimana hancurnya Devon saat ini?

"Von," ditatapnya cowok itu lekat, "Muka gue emang keliatan lagi bercanda?"

Devon terdiam, bahkan dirinya sempat menundukan kepalanya lemas. Berharap gadis yang kini masih berada dalam genggamannya menghentikan apapun candaan ini dan berakhir memeluknya, "Aku bisa apa tanpa kamu, Na?"

Kuat-kuat Selena menahan kepalanya yang kembali berputar, karna nyatanya, apapun itu yang Devon katakan mampu membuat jantungnya terasa begitu sakit.

Sudah tak bisa lagi menahan rasa sakitnya sampai sebuah harapan muncul. Bagaimana Verza memunculkan dirinya dari balik pintu otomatis lobby rumah sakit ini dengan fokus yang masih berada dalam ponselnya.

Bersyukur karna beberapa saat yang lalau, setelah ia selesai menghubungi Tiara untuk kali terakhir, dirinya sempat menghubungi Verza dan meminta cowok itu untuk datang menjemputnya.

Berakhir menghempaskan genggaman Devon dengan tenaga terakhir yang ia miliki sebelum berjalan cepat ke arah Verza. Dan tanpa mengatakan permisi, Selena yang sudah kehilangan akalnya terlihat menarik Verza ke dalam ciuman.

As If It's Your LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang