karna dibalik senyum ini, tersimpan rasa asing yang entah bagaimana hinggap dan menggumpal di dalam dada
Selena
••••[TUJUH BELAS]
SUDAH dari setengah jam yang lalu, tepatnya saat Verza datang dengan memberikan Selena seikat bunga mawar merah disertai tambahan senyuman manisnya, cowok bernama Devon itu terlihat duduk dengan gusar di samping Selena.
Berkali-kali melirik tak suka ke arah makhluk yang pada sore menjelang malam ini, nampak duduk berhadapan dengan gadisnya. Sibuk menebar pesona dengan cengiran maut yang semakin membuat Devon harus menahan tombol emosinya sekuat mungkin.
"Heh!" perhatian cowok itu teralihkan saat Selena dengan geram menyikunya, "Makan! Keburu dingin nanti baksonya."
Sembari cemberut tak rela, cowok itu mulai mencoba untuk memfokuskan perhatiannya ke arah mangkuk putih berisi bakso yang disediakan oleh salah satu penjual di dalam kantin kampusnya.
Mulai memilah-milah sawi dan tauge yang sudah tercampur sempurna di dalam kuah bakso miliknya. Lupa memberitahukan sang penjual untuk tidak memasukan sayuran itu ke dalam pesanannya.
"Devon!"
"Apaan lagi?" sambar cowok itu kesal tanpa berniat memalingkan perhatiannya.
"Makan semua! Jangan dipilih-pilih gitu!"
Omelan yang selalu dirinya terima jika Devon memulai kebiasaan buruknya. Untuk itu, sebelum melakukan apa yang gadisnya suruh, lirikan tak suka itu nampak dirinya beri.
"Pait, Na."
Selana berdecak, "Enggak."
"Pait."
"Ya makannya campur pake bakso sama mienya biar gak pait." balasnya lagi tanpa ada niatan untuk mengalah.
Bahkan dengan sigap, gadis itu mulai mengambil alih mangkuk Devon sebelum menyatukan sawi, tauge serta bakso ke dalam satu sendok.
"Nih, coba." lanjut Selena dengan tangan yang sudah mengapung di udara, menunggu cowok itu untuk membuka mulutnya.
"Gak mau, pait." kekeuh Devon sembari menggeleng sempurna.
Menghadirkan helaan napas panjang penuh kesabaran dari arah Selena, "Gak ada main-main ke apartment gue selama seminggu, ya?"
"Dih, ngancemnya gitu."
"Bodo."
Atas ucapan acuh itu, membuat Devon mau tak mau membuka mulutnya sempurna sebelum mengunyah makanannya secara cepat. Dan hal yang terakhir cowok itu lakukan adalah meneguk habis es teh manisnya.
Kelakuan menggemaskan yang selalu berhasil membuat Selena tertawa geli. Puas melihat sahabatnya itu menderita.
Dan tentu saja, hal yang baru saja terjadi tak lepas dari perhatian Verza. Cowok berhoodie putih itu terlihat bungkam sembari menatap Selena dan Devon secara bergantian.
"Kalian udah lama ya sahabatannya?"
Sempat melupakan kehadiran Verza selama sesaat, perhatian Selena dan Devon kembali pada makhluk itu.
"Kenapa mau tau?" sambar Devon tak suka yang segera dihadiahi lirikan tajam dari arah Selena.
"Ehm," gadis itu berpikir, "Kalo kenal sih udah dua puluh tahunan, kalo sahabatan dari SD kelas satu." jawab Selena dengan diakhiri anggukan dari sang lawan bicaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
As If It's Your Last
Romance[#1 in BFF - 9 Mei 2018] Selena dan Devon. Dua makhluk ciptaan Tuhan yang tak pernah terpisahkan. Banyak yang bertanya-tanya mengapa kedua orang itu dapat bersahabat akrab, bahkan tak sedikit yang mengira mereka berdua memiliki sebuah hubungan. Na...