[DUAPULUH DELAPAN]
SEBUAH tawa renyah yang terdengar paling lantang diantara para penghuni kantin lain, berhasil menarik manik Selena untuk mendekat. Tersenyum samar kala pemandangan yang tengah ia lihat adalah sosok Devon yang tengah bercanda gurau dengan beberapa sahabatnya.
Sibuk melemparkan lelucon garing ditengah
pembicaraan ringan pada siang hari ini. Bahkan Selena dapat sesekali melihat Devon yang melemparkan kulit kacang kepada Fabio."Kenapa pacar orang terlihat lebih menggiurkan ya, Sel?"
Atas guyonan tak tahu tempat itu, Selena melirikkan maniknya kilat ke arah sobatnya. Membuat Frisly menampilkan cengiran bodohnya sembari mengangkat kedua tangan menyerah.
"Bercanda, eh tapi emang benerkan?"
Gadis itu berdecih tak paham sebelum merangkul sobatnya itu untuk kemudian berjalan mendekati meja bernomor 12. Keberadaannya yang persis terletak ditengah kantin membuat perhatian sekitar sempat kedua gadis itu dapatkan.
Ada yang diam-diam mencibir, melirik tak suka karna merasa sosok Selena sudah mengganggu, bahkan ada yang terang-terangan memutar bola matanya malas kala tatapan matanya sempat beradu dengan manik Selena.
"Wah ada nyonya besar." Fabio berucap sesaat sebelum cowok itu bersiul, pengalihan perhatian yang seketika membuat kepala Devon berputar.
Mendapati gadisnya dengan menampilkan sebuah cengiran lebar, layaknya anak kecil yang diberikan sebuah permen kepada sang Ibu.
"Nanaku!" seru Devon sebelum menggeser posisi duduknya, membiarkan gadisnya mengambil alih tempat duduk yang semula ia pakai.
Sementara Frisly yang sempat Davi tarikkan kursi dari meja kosong disebelah mereka, ikut mendaratkan bokongnya tepat di samping Fabio.
"Udah makan? Gimana tadi kelas? Di dengerinkan dosennya ngomong apa? Di catet gak? Mau liat tulisan lo dong."
Kembali pada Devon yang kini sudah memfokuskan perhatiannya seribu persen kepada gadis berparas indah disampingnya.
Tidak ada niatan untuk memperdulikan tatapan mata orang lain. Bahkan cowok itu nampak menyanggah dagunya dengan telapak tangan.
"Ye! Bucin dusun!" seru Martin tak tahan sebelum ikut melemparkan bungkus kacang yang baru saja ia kupas.
"Biarin aja, Tin, emang jadi bego kalo pawangnya udah muncul." ikut Fabio malu.
Sedangkan Davi dengan senyum lebarnya, hanya mampu menggelengkan kepala tak paham atas tingkah menggemaskan Devon.
Meski nyatanya, semua hal itu tetap tak berhasil masuk ke dalam telinga Devon yang kini hanya dipenuhi satu nama. Tak perlu dijelaskan lagi kalian sudah paham siapa nama itu.
"Lo disini dari tadi?" memilih tak menjawab satupun pertanyaan Devon, gadis itu berucap sembari menarik keluar ponsel dari dalam tas ranselnya.
Dengan mengangguk cepat, perhatian Devon ikut berpindah ke arah ponsel yang tengah Selenanya genggam. Terlihat sangat penasaran dengan apa yang tengah gadis itu lakukan di dalam benda pipih bercase pink muda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
As If It's Your Last
Romance[#1 in BFF - 9 Mei 2018] Selena dan Devon. Dua makhluk ciptaan Tuhan yang tak pernah terpisahkan. Banyak yang bertanya-tanya mengapa kedua orang itu dapat bersahabat akrab, bahkan tak sedikit yang mengira mereka berdua memiliki sebuah hubungan. Na...