[DUA PULUH]
SUDAH sejak semalam, tepatnya saat dirinya memutuskan untuk meneguk segelas minuman beralkohol itu, Selena paham kalau paginya tak akan berjalan dengan indah.
Terbukti saat kedua maniknya terbuka total, hantaman sinar matahari yang masuk dari balik celah jendela berhasil membuat kepala gadis itu berputar seketika.
Dengan rambut dan wajah kacaunya, Selena bangkit dari posisi tidurannya sebelum menekan kuat-kuat bagian pelipisnya. Satu hal yang ia benci ketika ada minuman asing yang memasuki tenggorokannya.
Belum selesai dengan pembenahan nyawa, telinganya mendapati sambutan dari dering ponsel yang berbunyi. Membuat gadis berwajah kusut itu mau tak mau menggerakan palanya sebelum menemukan benda pipih miliknya yang tersembunyi di balik bantal.
Sempat membaca siapa nama sang pengganggu paginya sebelum tombol hijau itu dirinya geser.
"Masih hidup?"
Gadis itu mendengus singkat kala suara Devon serta kebisingan disekitarnya terdengar. Memilih menekan tombol speaker sebelum meletakkan ponsel kepunyaannya diatas bantal.
"Minum dulu, gue juga udah beliin obat mual." sambung cowok itu yang segera Selena respon dengan menolehkan kepalanya.
Mendapati segelas air mineral disertai sebuah bungkusan kecil berwarna putih, "Ini jam berapa, Von?"
Ada jeda sebelum Devon menjawab, "Sembilan."
Selena menggerang frustasi sembari mengacak rambut, pasalnya ia baru saja melewatkan kelas pagi yang diadakan pukul tujuh. Dan sialnya, kelas keduanya akan diadakan pukul sebelas.
Jadi, bersiap-siap sembari memaki kecil adalah hal yang Selena lakukan. Nampak melompat turun dari atas ranjangnya, hampir saja terjatuh karna hantaman pusing yang kembali melanda dengan tiba-tiba.
Berlari kecil menuju kamar mandi sesudah memilih asal outfitnya hari ini. Hanya berniat untuk membasuh wajah bengkaknya dengan air hangat sembari menyikat gigi sebelum gadis itu kembali berlari ke dalam kamarnya.
"Pelan-pelan, awas kesandung."
Belum sempat rasanya Devon mengatup mulut sesudah memberikan saran itu, Selena sudah lebih dulu terjatuh karna menginjak celana jeans yang ingin dirinya kenakan sendiri.
Cemberut kala mendengar kekehan Devon dari dalam telfon terdengar. Kembali bangkit sembari melanjutkan aktivitasnya dengan suara bising yang setia menemani. Bahkan Selena yakin kalau cowok itu tengah didampingi seorang gadis yang entah siapa. Mungkin Freya.
"Lo dimana, sih? Berisik banget."
"Lagi break latihan," respon Devon yang gadisnya sambut dengan ber-oh ria, "Kelar jam berapa? Gue selesai jam lima."
Masih sibuk dengan cermin dihadapannya, Selena terlihat menyisir rambut kusutnya dengan tangan, "Gue ada rapat nanti. Agak maleman kayaknya, lo duluan aja."
Setelahnya, tak terdengar lagi suara Devon bahkan sampai gadis itu siap dengan tas jinjingnya.
"Mampir ke dapur dulu, gue bikinin roti bakar tadi."
Langkah Selena kembali mundur kala selang beberapa menit, Devon kembali berucap.
Berjalan menuju dapur dengan mendapati roti bakar yang tadi Devon sebutkan. Menggigit asal makanan itu sebelum kembali melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.
"Powerbank sama charger udah bawa?"
Sekali lagi, gadis itu menggeram. Melupakan hal penting itu kalau saja Devon tak mengingatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
As If It's Your Last
Romance[#1 in BFF - 9 Mei 2018] Selena dan Devon. Dua makhluk ciptaan Tuhan yang tak pernah terpisahkan. Banyak yang bertanya-tanya mengapa kedua orang itu dapat bersahabat akrab, bahkan tak sedikit yang mengira mereka berdua memiliki sebuah hubungan. Na...