[EMPATPULUH EMPAT]
DELAPAN jam yang biasanya Selena rasa kurang kala dirinya mengikuti kelas Psikologi Klinis, kini terasa begitu menyiksa.
Duduk dengan keadaan tak tenang dan pikiran yang berada jauh, membuat kedua kakinya bergoyang gelisah. Menunggu dosen kesayangannya itu menyelesaikan materi yang tengah disampaikan.
Sementara Frisly yang paham dengan kondisi yang tengah sahabatnya itu rasakan, hanya bisa melirik sesekali ke arah gadis di sebelahnya itu. Mengetahui jika delapan jam adalah waktu panjang yang penuh dengan penyiksaan.
"Cukup untuk hari ini, kita lanjutkan pada minggu depan. Selamat siang."
Tak perlu waktu lama, Selena memasukan asal perlengkapan menulisnya ke dalam tas yang hanya sobatnya balas dengan kedua tangan yang terlipat.
"Mau langsung ke Devon?"
Gadis itu mengangguk sesudah melirik Frisly singkat.
"Udah seminggu nyokapnya dirawatkan, Sel? Belum ada kemajuan?"
Kali ini, gadis itu menggeleng. Bahkan sempat menghembuskan napasnya lelah sembari menyenderkan tubuhnya di punggung kursi.
"Masih sama, dan hari ini Tante Okta bakal jalanin operasi keduanya."
Frisly ikut menghembuskan napasnya panjang, "Iya, gue udah denger dari Fabio. Nanti gue sama mereka nyusul kesana."
Selena kembali mengangguk, beralih memandangi sobat satu-satunya dengan manik berbinar, "Thankyou ya, Fris."
"Lo fokus dulu nemenin Devon, bantu tenangin dia kalo semuanya bakal baik-baik aja."
Pesan manis yang tentu menarik sudut bibir Selena keatas, menampilkan senyuman tulusnya sebelum mendekap Frisly dengan kedua tangannya.
"Gue pergi dulu." pamitnya singkat sesudah beranjak dari posisinya.
Berjalan tergesa meninggalkan ruang kelas yang masih berada dalam posisi ramai. Beranjak menuju gerbang utama untuk mencari sebuah taksi, karna kondisinya saat ini tak memungkinkan dirinya untuk membawa kendaraan seorang diri.
Dengan hobby baru yang dirinya punya; melamun, bisa-bisa terjadi hal yang menyeramkan jikalau ia memaksakan kehendak untuk menyetir.
Jadi untuk saat ini, menaiki kendaraan umum adalah opsi yang dirinya punya.
"Rumah sakit Avernia Mount, ya Pak."
Sesudah menyebutkan lokasi yang ingin dituju, gadis itu kembali dengan bungkamnya. Membiarkan otaknya mereka ulang kegiatan yang sudah ia lakukan selama seminggu ini.
Selalu pergi menghampiri Devon jika kelasnya telah usai. Sementara cowok itu, memilih untuk mengambil cuti. Tidak sanggup untuk meninggalkan kamar Okta bahkan dalam waktu sedetikpun.
Selena Aineta
Aku di lift!! Kangen<3sent.
Ada senyuman yang Selena keluarkan saat aroma Devon sudah terasa di indra penciumannya. Padahal sosoknya saja belum terlihat. Kalau kata Frisly, mungkin dirinya sudah gila karna terlalu mencintai cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
As If It's Your Last
Romance[#1 in BFF - 9 Mei 2018] Selena dan Devon. Dua makhluk ciptaan Tuhan yang tak pernah terpisahkan. Banyak yang bertanya-tanya mengapa kedua orang itu dapat bersahabat akrab, bahkan tak sedikit yang mengira mereka berdua memiliki sebuah hubungan. Na...