2• Suara Malaikat

18.1K 1.7K 109
                                    

saat kemarin malam wajahku berubah kemerahan,  seseorang bertanya, 'apa kamu minum?' sebelum akhirnya aku menjawab, 'tidak perlu minuman keras jika suaramu saja sudah memabukkan'

Devon
••••

[DUA]

"VLON! Tevlon!!"

Suara terang yang membuat telinga tuli seketika itu terdengar semakin jelas, begitu seorang cowok bertubuh atletis itu datang memasuki ruang kelasnya.

Fabio Anjaya, begitulah nama cowok yang kini tengah menghampiri ke-tiga temannya sembari gelincatan layaknya cacing.

"Devon! Buset!" Panggil Fabio lagi yang entah sudah ke berapa kalinya terdengar.

Cowok yang merasa namanya dipanggilpun akhirnya melepaskan headphones-nya, kemudian mengalihkan pandangannya dari komik Manga, menuju si perusuh.

"Sampe gak penting, lambe lo gue jadiin turah ya, Bi!" Geram Devon dengan wajah betenya.

Fabio mengangguk cepat, kemudian sempat menelan saliva-nya susah payah sebelum kembali mengeluarkan bacotannya.

"Mahasiswi baru! Ada mahasiswi baru!"

Dalam sekejap, pupil mata milik Devon melebar, "Demi? Cewek!?"

Di toyornya dahi Devon gemas, "Kalo cowok ngapa gue heboh, bangsat? Lo kira gue homo?"

Dengan bodohnya Devon mengangguk, membenarkan apa yang baru saja Fabio katakan.

"Cantik?" Kini cowok yang duduk di meja depan Devon ikut merespon.

"Martin, sayang. Kalo gak cantik mana mungkin gue heboh?" Fabio bertanya dengan menahan kesalnya.

Membuat salah satu temannya lagi, yang kini tengah asik bermain ponsel berdecih, "Lo ada dosen killer otw kesini juga heboh, Bi!"

Fabio berpikir sejenak, kemudian membenarkan apa yang baru saja Davi katakan.

"Eh, serius! Cantik? Awas ya kayak waktu itu, lo bilang cantik ternyata bibirnya gombleh gitu, najis."

Fabio terbahak mendengar Devon yang mengingatkan cerita lama mereka. Dengan keadaan yang sama seperti sekarang, Fabio masuk ke dalam kelas dan heboh karna ada mahasiswi baru. Dia juga bilang cantik, tapi saat Devon menghampiri, ternyata ia tertipu.

"Tapi yang gombleh-gombleh macam Rita enak kok, Von. Lo aja belom nyoba." Martin berkata asal yang segera mendapat jitakan kepala dari Devon.

"Omes lo mah si bego!" Celetuk Davi yang sedari tadi bertingkah paling kalem dari ke-tiga sahabatnya yang lain.

"Seriusan, yang ini cantik!" Fabio meyakinkan, "Pindahan dari Paris! Kloningan bule, coy!"

"Si goblog, gini nih kalo dulu suka cabut pas pelajaran biologi. Bukan kloningan, tapi blasteran!" Perbaiki Martin sembari melemparkan komiknya ke arah Fabio.

"Lah, situ yang goblog! Kitakan dulu IPS, gila! Mana pula belajar biologi!" Fabio kembali melemparkan komik itu kepada pemiliknya.

"Udah-udah! Mana sih anaknya? Siapa namanya? Fakultas apa? Kelas berapa? Angkatan?" Todong Devon dengan pertanyaan.

Fabio menggaruk tengkuknya, mencoba berpikir walau aslinya ia tak tahu apa yang tengah di pikirkannya.

"Gak tau gue, barusan liat dia lagi nanya ke satpam sama bonyoknya." Jawab Fabio akhirnya.

As If It's Your LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang