[TUJUH]
"MAMI?"
Selena mematung saat maniknya terpaku pada sosok wanita berumur 50 tahunan yang saat ini sedang berdiri tepat di tengah ruang tamu apartmentnya.
Panggilan yang membuat tubuh wanita berambut pendek itu berputar menghadap sempurna ke arah putri tunggalnya.
Tanpa senyuman dan sapaan hangat yang seharusnya diberikan oleh seorang Ibu yang melahirkannya ke dunia.
Selena sudah terbiasa dengan hal itu.
Sangat amat terbiasa.
Tatapan sinis yang terpancar ke arahnya jelas saja membuat jantung gadis itu berpacu cepat. Bibirnya mendadak bisu dengan segudang rasa takut yang ia rasakan.
Tubuhnya kaku, sama sekali tak bisa digerakkan sampai Tiara--Maminya, secara tiba-tiba melemparkan sebuah amplop besar berwarna cokelat ke atas lantai.
Amplop yang segera Selena pandang baik-baik, belum mengerti situasi apa yang saat ini tengah ia alami.
"Berapa kali harus saya bilang, hiduplah seakan-akan kamu tidak ada di dunia ini."
Lagi, perkataan itu lagi yang lagi-lagi harus masuk ke dalam indra pendengarannya.
Perkataan yang sama dengan apa yang di utarakan Maminya lima tahun silam. Yang seharusnya tak perlu di ulang, karna rasa menyakitkan itu masih membekas dan akan menetap selamanya.
"Apa saya harus terus-menerus menerima laporan mengenai kelakuan kamu di kampus? Sepenting itukah?"
Hening, Selena tak berani membuka mulutnya untuk sekedar memberikan alasan.
Keheningan yang jelas membuat Tiara menghelas napas, kemudian terlihat mengibaskan rambutnya kesal. Lalu tak lama, wanita cantik itu terlihat beranjak sebelum mengambil kasar tas miliknya yang berada di atas sofa.
Berjalan ke arah Selena yang masih belum juga bergerak dari posisinya.
Pandangan gadis itu menunduk, tak berani walau hanya untuk sekedar mengangkat kepalanya.
Sampai terdengar suara pintu apartmentnya yang tertutup, barulah ia mengambil napas normal. Berusaha sekuat mungkin untuk tak menangis seperti yang biasa ia lakukan disaat Tiara datang 'menjenguk'nya.
Jatuh terduduk karna tak kuasa menahan lututnya yang bergetar hebat. Meremas pahanya sampai membuat kulitnya sedikit tergores akibat terkena kuku panjangnya.
Tak menggubris suara pintu apartmentnya yang kembali terbuka. Memilih setia dengan posisi awalnya.
Posisi yang membuat hembusan napas panjang terdengar dari bibir milik Devon. Sudah paham dengan keadaan yang baru saja terjadi karna tadi, cowok itu sempat berpapasan dengan Tiara sewaktu ia ingin menaiki lift.
Membuatnya segera berlari menghampiri gadisnya dengan segudang rasa khawatirnya. Tak perduli saat tadi dirinya sempat menabrak beberapa orang yang membuatnya dimaki.
Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, diambilnya langkah pasti. Berjalan mendekati Selena dan berakhir memeluk gadis itu erat.
Mengusap lembut kepala Selena yang tengah tenggelam ke dalam dadanya.
Membiarkan hening sesaat menyelimuti kedua orang yang tengah berada di atas lantai berlapis karpet itu.
"Ada gue disini, Na. Ada gue."
••••
Devon sangat hapal, tingkah laku seperti apa yang akan Selena perlihatkan disaat gadis itu baru saja bertemu dengan 'Maminya'.
KAMU SEDANG MEMBACA
As If It's Your Last
Romance[#1 in BFF - 9 Mei 2018] Selena dan Devon. Dua makhluk ciptaan Tuhan yang tak pernah terpisahkan. Banyak yang bertanya-tanya mengapa kedua orang itu dapat bersahabat akrab, bahkan tak sedikit yang mengira mereka berdua memiliki sebuah hubungan. Na...