[DUAPULUH SATU]
"SEL, mau bareng?"
Dari balik tumpukan kertas yang sedari tadi menemaninya, Selena mengadahkan kepala. Menatap Nessie yang tadi baru saja mengajaknya pulang bersama, sebelum melirik ke arah jam dinding. Pukul tujuh malam.
"Gak usah, Kak. Duluan aja."
Atas jawaban itu, Nessie tersenyum, "Yaudah, gue duluan. Lo hati-hati, udah mulai sepi soalnya."
Pesan yang gadis berambut terkepang dua itu balas dengan anggukan singkat. Menyetujui apa yang baru saja sang seniornya itu sampaikan. Meninggalkan dirinya seorang diri di dalam ruang rapat yang keberadaannya terletak di ujung lorong lantai dua fakultasnya.
Memilih membereskan barang bawaanya sebelum beranjak dari kursi yang ia duduki sedari tadi. Sempat mematikan pendingin udara dan lampu, baru setelah itu Selena beranjak keluar dari dalam ruangan.
Berjalan menyusuri lantai dua yang sialnya berpenampilan cukup mengerikan. Hanya ada beberapa lampu yang hidup menerangi sepanjang lorong ini, menghadirkan berbagai macam pikiran mengerikan yang seketika hinggap.
Hanya dapat mempercepat langkahnya untuk kemudian berjalan menuruni anak tangga yang keberadaannya tak pernah ia sukai. Mulai berusaha mencari kontak Verza yang namanya entah Devon ganti menjadi apa, namun belum sempat menemukan apa yang dirinya cari, sebuah panggilan dari nomor tak dikenal lebih dulu menyapa.
Terdiam saat dirinya berhasil sampai dilantai utama, meratapi benda pipih dalam genggamannya tanpa ada niatan untuk mengangkat panggilan dari siapapun itu.
Hingga lambat laun, ingatannya kembali pada kejadian awal yang menimpa Frisly. Mengingat bahwa sebelum kejadian mengenaskan itu datang, sahabatnya itu sempat dihubungi oleh sebuah nomor asing.
Mencoba menatap sekitar dengan tangan gemetarnya, mencari siapapun orang yang berlalu meski apa yang dirinya tunggu tetap tak terlihat. Hanya kekosongan yang kini mengelilinginya.
Dan saat getaran kedua kembali menyapa, kepanikan Selena semakin menjadi-jadi. Dengan kilat menekan tombol power off sebelum memasukan ponselnya ke dalam kantung celana. Tak ingin menghabiskan waktunya lebih lama dan menjadi santapan menggiurkan bagi siapapun makhluk jahat diluar sana.Kembali melangkahkan kakinya cepat dengan napas naik turunnya, hanya ingin sampai menuju gerbang kampus dan menemui satpam yang selalu menjaga disana. Sebelum tepukan yang menyapa bahu Selena, mampu membuat gadis itu menjerit kuat.
Tak bisa lagi membuka kedua matanya bahkan untuk mencari tahu siapa sosok yang baru saja menyentuh dirinya.
"Sel, lo kenapa?"
Dengan kedua mata yang masih terpejam, Selena dapat mengenal jelas siapa pemilik dari suara itu. Dan benar dugaan, sosok Verza dengan wajah paniknya terlihat hadir dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
As If It's Your Last
Romance[#1 in BFF - 9 Mei 2018] Selena dan Devon. Dua makhluk ciptaan Tuhan yang tak pernah terpisahkan. Banyak yang bertanya-tanya mengapa kedua orang itu dapat bersahabat akrab, bahkan tak sedikit yang mengira mereka berdua memiliki sebuah hubungan. Na...