[TIGAPULUH DUA]
TEPAT dari posisi disebelah Devon yang tengah duduk menghadap televisi dengan kedua tangan yang sibuk menggerakan stick playstasion, tak henti-hentinya gadis berkaos putih itu tersenyum.
Memperhatikan jelas ekspresi serius Devon saat tengah menghajar sang lawan dalam permainan, bahkan beberapa kali gadis itu mendengar sang pacar yang mengumpat karna terkena pukulan.
Dengan kedua kaki yang sengaja Selena letakkan diatas paha cowok itu, sesekali diusapnya lembut rambut setengah basah Devon. Seperti baru menyadari kalau cowok itu ternyata memiliki pesona yang luar biasa bahkan walau hanya duduk diam dan sibuk bermain game online.
"Devon?"
Ditengah keheningan, Selena mengusik. Mencoba mengalihkan perhatian cowok itu meski dirinyapun tahu, kalau telinga Devon yang tertutup sebuah headphone hitam berukuran besar itu tak akan mampu mengalahkan suaranya.
Untuk itu, dengan ditemani senyuman yang semakin melebar dan tangan kanan yang beralih turun mengusap punggung kokoh Devon, ia mencoba mendekat. Menempelkan kepalanya tepat di bahu kekasihnya itu.
"Love you."
"Hm? Bilang apa?"
Selena terperanjat, bahkan tanpa sadar ia menjauhkan tubuhnya saat melihat sang lawan bicara yang kini tengah membuka sedikit headphone yang sedari tadi bersarang ditelinganya.
"Enggak," bohong gadis itu kikuk, karna niatnya berkata manis tadi bukan untuk di dengar oleh sang pelaku utama, "Gak bilang apa-apa."
"Oke." balas Devon santai sebelum kembali menutup telinga kirinya.
Meninggalkan Selena yang kini menghembuskan napas panjang, merasa kalau dirinya aman.
"Love you too."
Mata Selena membulat, menatap Devon tak percaya yang saat ini tengah mengembangkan senyum lebarnya.
"Kamu denger?!"
Tanpa menjawab, diputarnya posisi kepala Devon yang menunjukan kalau telinga sebelah kanannya yang ternyata tak terhalang oleh headphone besar itu. Membuat Selena menutup wajah memerahnya karna sudah merasa tertipu oleh ekspresi serius cowok itu.
"Kok gak ditutup semua kupingnya?" dari balik telapak tangan yang menutupi sebagian wajahnya, Selena bersuara.
Menghadirkan perputaran tubuh cowok itu yang sempat meletakkan stick playtasionnya diatas meja. Memilih memberikan perhatian sepenuhnya pada gadis tercantik dihidupnya itu.
Masih dengan Selena yang menutupi sebagian wajah, membuat Devon menarik turun kedua tangan gadisnya, "Kalo aku tutup dua-duanya, nanti gak bakal denger hal kayak tadi dong."
Tidak bisa dipungkiri seberapa malunya Selena saat ini, bahkan untuk menatap manik indah itupun ia tak sanggup. Jadi setelah menyingkirkan Devon dari hadapannya, gadis itu memilih beranjak bangkit dari sofa ruang tengah kediaman Devon.
"Aku pulang."
"Kok gitu?" tanya Devon cepat, bahkan bibirnya sudah terlihat maju lima langkah.
Sementara Selena yang masih berusaha menghindari tatapan, hanya menunjuk jam dinding dengan dagunya.
"Baru jam sembilan, Na. Nanti aja. Apa nginep disini? Biar aku tidur di sofa."
Selena mendengus, ucapan Devon membuatnya melupakan perasaan malunya sesaat. Berusaha menangkup wajah menggemaskan itu dengan kedua tangannya, "Mana bisa aku percaya sama kamu? Yang ada malem-malem kamu masuk lagi ke kamar."
KAMU SEDANG MEMBACA
As If It's Your Last
Romance[#1 in BFF - 9 Mei 2018] Selena dan Devon. Dua makhluk ciptaan Tuhan yang tak pernah terpisahkan. Banyak yang bertanya-tanya mengapa kedua orang itu dapat bersahabat akrab, bahkan tak sedikit yang mengira mereka berdua memiliki sebuah hubungan. Na...