[TIGA PULUH]
SELENA melirik jam dinding untuk yang kesekian kalinya saat sebuah pesan dari Frisly kembali masuk memenuhi notifikasi. Memastikan kalau dirinya tidaklah terlambat atas janji temu di pagi menjelang siang ini.
Kembali memperhatikan pantulan tubuhnya di cermin rias yang keberadaannya terletak di kamarnya. Meyakini dirinya sekali lagi kalau penampilan santainya sudah nampak sempurna, sebelum diraihnya sling bag cokelat miliknya kemudian melangkah pergi.
Berjalan menuju pintu keluar dengan kedua tangan yang sibuk mengetikkan balasan untuk sobat terbawelnya itu.
Terlihat tak memperhatikan sekitar bahkan sampi pintu apartmentnya kembali terkatup dengan posisi dirinya yang sudah berdiri di depan pintu. Posisi yang tanpa sadar membuat kepala gadis itu terangkat.
Mendapati pintu apartment Devon yang terkatup sempurna. Meyakini dirinya kalau cowok itu masih terbenam ke dalam mimpi indah melihat hari ini adalah hari minggu.
Sempat menimang untuk sesaat, sebelum diakhir, gadis itu memilih untuk mengikuti kata hati. Berjalan menuju kediaman kekasihnya itu dengan manik yang sibuk menatap sekitar.
Mendapati cahaya minim ketika ia sampai tepat di ruang tengah apartment Devon. Keadaan seluruh tirai yang tertutup, belum ditambah lampu yang hampir semuanya padam, meyakinkan Selena kalau ini adalah rumah hantu.
Sempat menggelengkan kepalanya tak paham, Selena beralih membuka sebagian tirai di ruangan besar itu. Beranjak untuk menyalakan lampu utama yang penerangannya mampu menghidupkan seisi apartment ini.
Setelahnya, ia kembali melanjutkan niat awalnya datang. Beralih menuju kamar cowok itu sesaat dirinya membuka pintu putih yang membatasi.
Mendapati ruangan yang lagi-lagi berada dalam keadaan gelap gulita, hanya dinginnya AC saja yang dapat gadis itu rasakan. Mencoba untuk menggeser satu tirai yang berada di pojok ruangan, membiarkan sedikit sinar menyelinap.
Sebelum fokus Selena beralih ke arah wajah lelah Devon yang masih setia terlentang diatas ranjang besarnya, memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang terlihat tak tertutupi bedcover abu.
Wajah dan posisi tidur yang menggemaskan itu berhasil menarik bibir Selena, tersenyum singkat sebelum gadis itu menundukan punggungnya. Mencoba menggapai telinga cowok itu dengan bibirnya.
"Aku pergi ya." bisik Selena pelan.
Yang tentu tak mendapatkan jawaban, hanya erangan sekaligus pergerakan tubuh tak jelas saja yang dapat dirinya lihat.
"Dadah." pamit Selena untuk kali terakhirnya sebelum berniat untuk beranjak keluar.
Meski di langkah kedua, sebuah tarikan tangan cukup kencang berhasil menghentikannya. Bahkan membawa tubuh Selena jatuh tepat di sisi ranjang. Menghadirkan pekikan lantangnya atas tarikan tangan tiba-tiba itu.
Tidak dengan kekehan geli yang kini terdengar dari bibir Devon. Bahkan tanpa aba, tangan kokoh itu sudah bersarang di pinggang rampingnya. Memeluk tubuhnya erat.
"Kamu gak tidur?" tanya Selena masih dengan napas naik turunnya.
Pertanyaan yang malah semakin membuat Devon menarik dirinya untuk mendekat. Memeluk kekasihnya itu dari belakang dengan kepala yang ia tenggelamkan di rambut panjang Selena.
KAMU SEDANG MEMBACA
As If It's Your Last
Lãng mạn[#1 in BFF - 9 Mei 2018] Selena dan Devon. Dua makhluk ciptaan Tuhan yang tak pernah terpisahkan. Banyak yang bertanya-tanya mengapa kedua orang itu dapat bersahabat akrab, bahkan tak sedikit yang mengira mereka berdua memiliki sebuah hubungan. Na...