______________________
Warning !!Cerita ini hanyalah karangan penulis semata. Jika ada kesamaan nama, latar dan lain lain hanya sebuah kebetulan belaka.
Beberapa nama publik figur yang tercantum dalam cerita ini hanya dipakai untuk mengisi tokoh saja, sifat, sikap dan lain lain juga termasuk karangan penulis. Produk yang tertera dalam cerita bukan untuk promosi, melainkan hanya dipakai untuk menambah kepentingan cerita. Diharap bijak untuk memilih dan memilah hal buruk dan baik dalam cerita dan tidak untuk ditiru hal buruk yang terkandung ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄
Jennie sedang asyik asyiknya membaca, tangan lentiknya membuka halaman baru sementara matanya bekerja membaca setiap kata di novel di pangkuannya. Siang ini cuaca tidak panas menyengat dan tidak turun hujan juga. Sangat cocok kalau Jennie duduk di kursi teras ditemani teh tawar hangat.
Namun sepertinya tidak, ketenangan yang ia dapat lenyap begitu mendengar jeritan melengking dari belakang. "HAECHAN GUOBLOOK!! LUKISAN GUE MAU DIKEMANAIN ANJING?!!".
Jennie mengurut pangkal hidungnya sebelum akhirnya meletakkan buku dan bangkit dari zona nyaman. Kali ini Haechan pasti sudah keterlaluan, buktinya Renjun sampai ikut ikutan menyumpah serapahinya. Pusing sih Jennie dengernya, kupingnya terasa pengang hampir setiap jam mendengar keributan dari keenam bayi besar yang dititipkan tante Taeyeon. Sebenernya sih Taeyeon cuma nitip Jisung aja, anaknya, sisanya mereka cuma temen Jisung yang numpang di rumah karena kebetulan fasilitas rumah Jisung yang paling oke lah, terus kebetulan orang tuanya lagi keluar negeri. Lumayan kan liburan di rumah orang.
Kalau alasan lainnya sih sekalian mau modusin cewek asal Bandung itu alias Jennie Ruby, udah pada tau soalnya kalau Jisung itu sepupuan sama Jennie. Tapi mau segimanapun modusnya, bobrok tetep nomor satu didepan siapapun. "Jeno Jeno! itu Renjun kenapa sih?" Tahan Jennie begitu liat Jaemin sama Jeno berlari melewatinya. Jeno yang merasa dipanggil pun menoleh dan menghentikan langkahnya. "Itu Haechan bawa lukisannya Renjun"
Jennie langsung aja nyusulin dua curut sampai harus beberapa kali jalan cepet buat ngejar, kalau lari ogah ah capek cecan yang ada. "Haechan Renjun diem!!". Masih pertama gak akan didenger. "Haechan Renjun!!". Renjun sama Haechan sempet noleh sih tapi gak lama lanjut saling ngejar. "Haechan berhenti gak!! Renjun kamu kok gak dengerin teteh sih!". Renjun akhirnya berhenti dan berjalan menunduk ke arah Jennie yang sudah berkacak pinggang dan melotot. Gak tega sih sebenernya melototin anak baik macem Renjun. "HAECHAN ANAK SETAN SINI GAK? MAU DIPATAHIN HAH TANGANNYA?"
Renjun yang disebelah Jennie auto kaget dan menutup telinganya. Teriakan Jennie itu dahsyat bahkan kedengeran sampai radius 100 KM. Ga deng. Mark yang lagi rajin belajar sampai noleh ke jendela abis itu geleng geleng. Berakhir Haechan ngalah dan dicubit kecil sama Jennie, sakit banget asli. "Jangan ngadi ngadi, jangan jailin Renjun lagi!"
Haechan berdecak. "Iya iya galak banget sih". Jennie kesel asli, apalagi kalau Haechan ngejawab dia lagi nasehatin. Sabar sabar ini ujian, Jennie sabar
"KAA JENNIE LIAT ITU CHENLE MAKANIN RUMPUT!". Teriak Jaemin dari jauh. Ujian apa lagi ini yaampun?
X
"Teh Jen- eh Kak itu dipanggil sama Jisung". Jennie menoleh dengan wajah lugunya. Gemes Mark liatnya hehe. "Yaudah jagain buku teteh ya takutnya tu anak setan ngumpetin". Sahut Jennie sambil bangkit dari kursi tapi tak lama kemudian menoleh cepat ke arah Mark, Mark gelagapan karena keciduk ngeliatin Jennie. "Oh ya kalau mau panggil teteh boleh kok". Disertai dengan senyuman manis. Seumur umur ya Mark gak pernah ngerasa beda kalau disenyumin, dia terlalu cuek kalau sama lawan jenis. Mark merasa seneng padahal cuma masalah panggilan aja. Haechan, Renjun sama Jisung sering manggil Jennie pake embel embel 'teteh' karena yang paling deket sama mereka, sementara yang lain panggil kakak aja. Ucapan Jennie terdengar seperti rambu hijau buat Mark.