Two Bad • Part 17 ~ New School

682 35 2
                                    

◻️◻️◻️

"Heyoooo! Whatsapppp gengss!"

Semua orang memandang penasaran padanya—gadis yang berteriak tak jelas di depan gerbang sekolah bertuliskan SMA Nusa Unggul itu.

Sekitar lima belas menit lagi bel akan berbunyi, maka wajar saja banyak siswa yang masih berlalu lalang di depan gerbang. Mereka semua agak aneh dengan gadis itu, tinggi badannya sangat berbeda dari kebanyakan gadis yang bersekolah di sini, juga wajahnya yang polos tapi malah berteriak seperti orang gila.

"Jangan teriak."

Mayra dengan cepat menoleh pada seseorang yang baru datang dengan motor arengnya.

"Buleeee!" Segera dihampirinya Fero yang masih mengenakan helm itu.

"Lo tunggu di parkiran, gue anter ke ruang TU."

Mayra mengangguk bahagia. Ia berjalan dengan semangat ke arah parkiran dengan Fero yang sudah terlebih dahulu tiba bersama si areng.

"Gue jadi kelas apa ya? Apa di sini gue bisa dapet temen ..." gumamnya.

"Kan ada gue," celetuk pria yang memiliki rambut  berwarna coklat gelap itu.

"Bule jangan bikin gue baper," Mayra tak berusaha sedikit pun menutupi pipinya yang merona.

"Kalau gue bikin anak orang baper, gue bakal tanggung jawab."

Meskipun cara pengucapannya itu dengan tak bernada, tapi tetap saja membuat Mayra semakin baper. Sejak Mayra berurusan dengan polisi, Fero dengannya jadi semakin dekat. Sering bertukar pesan, bertelponan walaupun yang banyak bacotnya cuma Mayra, dan yang tak disangka Mayra ini bisa main game online lhoo jadi saat Fero bilang ingin bermain game Mayra segera nimbrung alias ngajak mabar.

Ampun bang, jangan bikin ade baper lagi. Gak kebalik? Kan Mayra lebih tua dari Fero—eh, kan Fero gak naik kelas dua tahun berarti sekarang harusnya kelas 12, berarti bener Mayra nyebutnya Abang.

Tak tahan dengan kebaperannya, Mayra melilit tangan kanan Fero dengan kedua tangannya sambil berjalan yang kata Fero mau ke ruang TU.

Para murid yang kebetulan melihat mereka berdua, memandang aneh. Siapa gadis itu? Kenapa bisa gelonjotan di tangan Fero? Bukankah Fero itu tak tersentuh oleh siapapun?

"Btw, lo kelas berapa Bul?"

Fero langsung menatap tajam Mayra.

Mayra cengengesan saat sadar kalau ia memanggil Fero dengan sebutan Bul. Ia tahu kalau Fero itu tak suka dipanggil Bul ataupun Le—kata tidak lengkap dari Bule. Katanya, kata Fero—lebih baik dipanggil lengkap saja tak perlu disingkat-singkat, Bule.

"Kamu kelas berapa?" tanya Mayra pelan.

Fero langsung berhenti melangkah saat itu juga. Menatap Mayra sambil terdiam. Kenapa pertanyaan Mayra yang satu ini terasa menyenangkan untuk didengar?

Oh Tuhan, jangan sampai dirinya tersenyum karena kalimat itu.

"Kenapa? Lo baper ya?" Mayra tersenyum jahil.

Fero kembali berjalan, berusaha menghiraukan pertanyaan Mayra yang mungkin saja ... benar. Ya, hanya mungkin. Tidak sepenuhnya benar.

"Gue sekelas sama Varidza, X IPA 2."

"Idza .... " Mayra langsung lesu saat mendengar nama itu.

Dielusnya pelan tangan Mayra yang masih melingkar di tangannya. "Nanti kita jenguk lagi, ok?"

Sebisa mungkin Fero berusaha mengurangi kesedihan Mayra dengan berucap demikian.

Dua hari lalu mereka berdua dengan Mommy dan Daddy -nya Fero menjenguk Varidza di rumah sakit. Masih dengan keadaan yang sama, koma.

Two BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang