Seperti biasa, kalau ada typo komen inline
Enjoyy!———
"Lo mau ngapain?"
"Lo harusnya tau apa yang mau gue lakuin sama lo."
Dan selanjutnya—
Oke cut.
Nanti Mayra ceritakan di akhir part saja, bagaimana?
Atau sekarang saja?
Baiklah jika ingin sekarang.
Setelah mereka kembali dari vila itu, mereka langsung pulang ke apartemen. Begitu lift berdenting, Fero langsung menarik Mayra masuk ke dalam apartemennya. Mayra kaget bukan main, karena cara Fero menyeretnya ini terasa berbeda. Tidak kasar, tapi cukup kuat. Jangan lupakan juga ekspresi lelaki itu yang terlihat antusias. Sebenarnya apa yang akan Fero lakukan?
Fero menarik sofa untuk mengubahnya menjadi sofa bed. Lalu ditariknya Mayra agar berbaring di sana, disusul Fero yang mengungkungnya dari atas.
Emergency please.
Apa yang harus Mayra lakukan? Bersikap malu-malu? Atau tak tahu malu?
Sejak kapan kamu berpikir dahulu Mayra? Bukannya kamu tidak pernah berpikir dahulu sebelum bertindak? Dan juga apakah kamu benar-benar bisa bersikap malu-malu?
Terlalu sibuk berperang dengan pikirannya sendiri sehingga tak menyadari kalau Fero mulai mengecupi seluruh wajahnya dengan penuh perasaan.
Tubuh Mayra membeku seketika. Tak lagi terpikirkan haru bersikap malu-malu atau takt ahu malu, pikirannya stuck pada gerak-gerik Fero.
Bahkan data Mayra bertanya tentang apa yang akan dilakukan Fero, sebenarnya akal sehatnya sudah terbang di langit ke tujuh. Katakanlah berlebihan, tapi memang begitu adanya. Bayangkan ada lelaki tampan yang mengereyangi wajahmu—lelaki yang dingin pada semua wanita, tapi memperlakukanmu berbeda, apa yang akan kamu lakukan? Tentu saja mengikuti alur yang diciptakan pria tampan itu.
Fero mengangkat sudut bibirnya saat Mayra mulai rileks dan mengikuti permainannya dengan mengalungkan tangan pada lehernya sambil mengelus pelan—semakin membuatnya bersemangat untuk berbuat lebih.
Bibirnya bergerak mendekati sudut bibir Mayra, dan ... bibir keduanya pun bertemu.
Mayra dan Fero memejamkan mata—membiarkan bibir mereka bekerja secara naluriah.
Saling mengecup.
Saling melumat.
Saling bertukar lidah.
Dan saling membasahi satu sama lain, sampai bunyi decapan kedua bibir mereka menggema di ruangan itu. Cahanya senja yang menembus jendela menambah suasana menjadi semakin intim.
Setelah beberapa menit, Fero menjajah tempat yang berbeda karena sepertinya Mayra sudah kehabisan napas. Benar saja setelah Fero mulai mengecupi lehernya, Mayra mengambil napas dalam-dalam. Dan tanpa disangka satu rintihan lolos dari bibirnya.
Fero tersenyum smrik, lalu kembali melanjutkan menandai area jajahannya. Tangan Mayra perlahan naik menjambak rambut Fero.
Shit! Umpat Fero dalam hati. Ini membuat sesuatu di bawah sana semakin mengeras.
Tangannya masuk ke dalam seragam Mayra yang sudah mencuat dari dalam rok, ia mengelus perut rata kekasihnya itu.
Kenapa kulit Mayra bisa selembut ini? Fero jadi betah mengelusnya. Elusannya semakin naik ... naik ... dan menemukan sesuatu yang lebih menarik untuk dielus. Jari jempolnya menyelinap masuk ke dalam bra, menekan sesuatu yang mencuat. Desahan pun lolos dari bibir Mayra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Bad
General Fiction"Yang kalian lakukan salah." Baik Meyra maupun Fero tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Yang mereka tau ialah mereka senang dan puas karena melakukan hal yang mereka inginkan. Started: 14 March update/seminggu dua sekali