◻️◻️◻️
"Gue udah cium lo ...."
"Cium gue?" Mayra melipat keningnya hingga hidungnya ikut ke atas.
Ni anak kok mukanya lempeng amat ya!? Udah dicium sama cowok asing eh malah mukanya gak kaget gitu? Udah biasa ya digituin?!
"I-iya."
"Cium gue? Lo nyium gue?" Mayra seperti orang linglung. Keningnya semakin terbagi beberapa lipatan, matanya menyipit—tak terlihat, alisnya menukik tajam, bibirnya juga sama.
Mayra tengah berpikir keras. Cium? Dicium apanya? Emang kapan ... Ciuman itu?!
"Aaaaa!" teriak Mayra saat itu juga. Sekarang ia mengerti dengan apa yang dikatakan Fero—yang merujuk pada kejadian malam itu. Padahal tadi dirinya mengingat betul kejadian malam itu—saat Fero memberikan senyum termanisnya. Lah tadi kenapa otaknya bisa blank seketika?! Apa ini efek deket orang ganteng macam Fero?! Kalau gitu, Mayra gak mau deket-deket lagi sama cowok ganteng deh, kapok. Ntar bisa pikun muda Mayra.
Fero menutup telinganya. Teriakan Mayra benar-benar kencang dan memekakkan telinga—mungkin kalau Mayra berteriak tepat di telinganya pasti—telinga Fero akan tuli.
Dirinya tak mengira sama sekali ini akan terjadi. Karna tadi sama Mayra tak mrnampakan raut wajah terkejut—seperti biasa saja. Sehingga membuat dirinya salah sangka dengan menuduh bahwa Mayra cewek gampangan. Tapi ternyata oh ternyata, Mayra berteriak juga seperti kebanyakan gadis. Fero rasanya ingin kembali tertawa saat mengingat-ngingat ekspresi gadis bermata sipit itu. Mulai dari lempeng—mikir—cengo—kaget. Kalau dipikir-pikir lagi proses reaksi keterkejutan Mayra itu sangat lama—ah, iya. Lemot.
Seluruh isi cafe menoleh pada asal suara. Teriakan Mayra sangat mengganggu ketentraman Dan kenyamanan pengunjung cafe.
"Lo ngambil first kiss gue?!" pekik Mayra.
Mayra berdiri dari duduknya lalu menarik dua—tali hoodie Fero. "LO GILA YA?!"
Fero memejamkan matanya sesaat. Perkataan Mayra tadi mengusik egonya. Bukan berarti ia kesal atau marah, tapi ... timbul rasa bersalah juga bahagia di dalam hatinya. Fero melipat bibirnya, menahan senyum.
"NGAPAIN LO NAHAN SENYUM GITU?!"
Fero tersentak kaget. Ia meraih kedua tangan Mayra, lalu melepaskan tangan putih itu Dari tali hoodienya. Fero tersenyum kikuk. "Lo duduk dulu, ok?"
Pengunjung cafe kembali pada aktivitasnya saat Fero meminta maaf dengan gerakan tubuhnya.
Mayra berusaha mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal seperti sehabis lari marathon. Ia menuruti perintah Fero dengan kembali duduk di kursinya.
"Gue jelasin." ucapan tegas Fero menunjukan rasa tanggung jawabnya.
Mayra menarik napasnya—lalu menghembuskannya. Pikirkan dengan kepala dingin. Ingat perkataan Varidza.
Lagipula ia juga di sini berada di pihak yang salah. Jadi mereka berdua sama-sama salah. Mayra tak seharusnya bersikap begitu pada Fero, karna yang nyosor duluan 'kan Mayra. Harusnya nyadar diri dong. Fero sebagai lelaki biasa disosor sama cewek ya langsung sosor balik lah. Walaupun kategori nyosor yang Mayra lakukan itu hanya menempelkan tubuhnya, tapi tetap sama 'kan namanya nyosor? Terus kalau Fero, yang ia lakukan tak sepenuhnya salahnya. Ia hanya melanjutkan apa yang Mayra mulai.
"Gak perlu lo jelasin. Gue udah tau semuanya."
"Gue minta maaf," ucap Fero sambil menatap dalam pada mata sipit Mayra.
"Gue juga. Sorry atas kelakuan gue yang nyebabin lo ngelakuin itu sama gue."
Fero mengangguk. "Itu ... pertama ... bu—"
Mayra menggeleng cepat. "Gak papa kok, kalau first kiss gue diambil sama orang ganteng kayak lo mah gak papa," ucapnya sambil nyengir kuda.
Fero tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Kita mulai lagi dari awal."
Fero mengangkat satu alisnya. Apanya yang mulai lagi dari awal?
Mayra tersenyum singkat. Lalu menyodorkan tangannya, "Kenalin nama gue Mayra Azzahra yang cantik sejagat raya!"
Fero menerima menjabat tangan Mayra sambil tersenyum kecil. " Fero Erlangga Wi—" ia tak melanjutkan ucapannya.
"Wi?"
Fero dengan cepat menggeleng. "Nggak. Salah nyebut."
Mayra mengangguk sambil membentuk mulut huruf O.
Hening. Tercipta suasana awkward diantara mereka berdua, bingung ingin membicarakan apa. Pikiran Mayra blank, ia yang biasanya selalu mempunyai banyak bahan ghibahan—sekarang otaknya buntu. Sedangkan Fero—"Lo—"
"Apa?"
Fero menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Mau jalan-jalan?" tanya Fero pelan.
Entah apa yang ada dalam pikirannya sehingga kalimat itu yang meluncur begitu saja dari mulutnya. Tak apalah, ia sedang ingin berjalan-jalan. Kalau jalan-jalannya sendiri 'kan gak etis. Masa cowok ganteng jalannya sendiri?
"JALAN-JALAN?!" pekik Mayra.
Fero mengangguk kecil.
"AYO! AYO!" Mayra menarik tangan Fero untuk segera berdiri. Sebelum kakinya berjalan keluar dari Fee cafe itu.
"Gue belum bayar," gumam Mayra. Ia melangkah mendekati kasir untuk membayar pesanannya. Annisa sialan! Katanya mau nraktir, eh malah kabur. Suara hati Mayra berbicara, kan lo sendiri yang nyuruh si Rere nyeret Annisa?! Bodoh!
"Gak perlu," ucap Fero menghentikan langkahnya.
Mayra menoleh cepat pada Fero. Menatapnya sambil tersenyum, kalau soal duit ia 'kan paling ngerti. Fero mengangguk.
"Beneran?!" pekik Mayra.
"Iya, Mayra."
Mayra terpekik gembira sambil melompat-lompat. Apa 'kan? Mayra itu orang terdepan kalau nyangkut soal duit.
Fero terkekeh—melihat bagaimana bahagianya Mayra hanya dengan hal kecil seperti itu. Walaupun hanya disebabkan oleh materi yang mana menunjukan bahwa Mayra ini matre, entah kenapa Fero malah tak keberatan.
"Jadi?" tanya Fero saat Mayra masih asik dengan kegembiraannya.
Mayra tersenyum, moodnya sedang baik kali ini. "Apa?"
"Jalan-jalan."
Mayra mengayunkan tangannya. "Jadi dong!" pekiknya, "let's go!"
Fero mengikuti Mayra dari belakang.
Senyum tak henti-henti terbit dari bibirnya. Moodnya sedang benar-benar ada pada puncaknya, semua yang ada disekitarnya terasa indah. Bahkan melihat orang pacaran ia ikut bahagia, yang biasanya menjadi hal yang tak ingin ia lihat. Liat orang gila ikutan gila. Eh, jangan deng.
◻️◻️◻️
Maaf ya lama gak update.
Sekalinya update malah pendek! Soalnya aku mau fokus namatin cerita yang satu lagi, jadi sementara ini yayang Fero aku pending dulu! Sekali lagi maaf ya!
Semoga part ini kalian suka!
Kalau menurutku sih, nggak dapet feelnya!
Gak tau deh kalau kalian(?)
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Bad
General Fiction"Yang kalian lakukan salah." Baik Meyra maupun Fero tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Yang mereka tau ialah mereka senang dan puas karena melakukan hal yang mereka inginkan. Started: 14 March update/seminggu dua sekali