◻️◻️◻️
Di dalam ruangan yang sepi dan senyap itu terdapat seseorang yang sedang duduk bosan di sofa. Tak ada pergerakan yang berpengaruh dari dalam sana. Orang yang tak ada keinginan bergerak kecuali bernafas itu, tak lain dan tak bukan ialah Fero yang bingung ingin melakukan apa.
Gabut.
Hanya kata itu yang dapat mewakili keadaannya saat ini. Hal-hal kecil sudah ia lakukan untuk menghilangkan kegabutannya, seperti—makan?malas. Main game? Bosan. Ngerjain pr? Ogah, dipikirin aja gak pernah—kecuali sekarang. Nongkrong bareng temen? Fero sudah menelpon semua sahabatnya, tapi tidak ada yang free semuanya mempunyai agenda bersama pacar masing-masing. Kenapa Fero tidak punya pacar? Ia belum pernah merasakan apa itu rasanya jatuh cinta pada seorang gadis manapun. Fero juga agak anti dengan yang namanya cewek-cewek. Bukan apa-apa, ia hanya takut merusaknya bukan menjaganya. Fero takut kalau disaat ia sudah benar-benar jatuh cinta, sang pujaan hati malah meninggalkannya—karena ia sendiri pernah merasakan bagaimana ditinggalkan oleh seorang perempuan.
Bagaimana tidak takut merusak, kejadian minggu lalu saja sudah membuktikannya, dengan orang yang baru dikenalnya saja ia bisa berbuat nekat dengan mencium Mayra—bagaimana rasanya bibir tipis itu ugh ... begitu manis, tak pernah Fero merasakan bibir semanis itu—mulai saat itu bibir dengan rasa manis tiada tara itu jadi candu baginya. Pertanyaannya, apakah Fero bisa merasakan bibir itu lagi?
Fero menggeleng—berusaha menghempaskan pikirannya dari itu semua. Ia beranjak dari sofa, lalu berjalan menuju kamarnya.
Apartemen mewah ini sudah menjadi tempat tinggalnya sejak dua tahun lalu—saat ia masuk Sma. Bukan tidak punya keluarga atau benci pada keluarganya, Fero hanya ingin mandiri. Walau awalnya ia mendapatkan semua ini dari ayahnya—tak ada Ayah manapun yang ingin hidup anaknya kesusahan. Ayahnya—Daddy juga memberikannya sebuah cafe yang Fero beri nama Fee cafe. Sudah dua tahun sejak Daddy memberikannya semua itu, dan akhirnya Fero bisa mengganti semuanya.
Hubungannya dengan Daddy maupun dengan sang Mommy selalu baik-baik saja. Kenapa Fero memilih untuk hidup mandiri? Karna keinginannya sendiri dan juga kalau ia tinggal di rumah bersama kedua orangtuanya, ia lebih sering ditinggal sendirian untuk urusan bisnis. Fero benci itu. Tapi ia tak membenci Daddy dan Mommy. Malahan Daddy manapun Mommy membebaskannya berbuat apapun—bila terjadi sesuatu Fero harus selalu siap untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.
Mereka sering menghabiskan waktu bersama bila punya waktu. Walaupun jarang, tapi momen itu paling ditunggu olehnya. Kadang juga Mommy selalu datang ke apartemennya membawakan makanan yang berbeda-beda setiap saatnya—yang tentunya buatannya sendiri. Atau tidak—Fero yang selalu mengunjungi rumah.
Seperti satu minggu ini—Daddy dan Mommynya itu malah asik-asikan liburan tanpa mengajaknya. Awalnya sih urusan bisnis, tapi Mommynya bilang pemandangan di sana bagus dan ingin liburan—memang sang Mommy selalu ikut kemanapun Daddy pergi, Mommynya Fero terbilang posesif dan Daddynya pun tak keberatan dengan itu—malah terlihat senang. Dan sekarang Fero yang merasa kesepian akibat mereka.
Fero membuka nakas, dan menemukan sebuah dompet berwarna biru muda. Tangannya membuka lipatan dompet itu. Ia menemukan sebuah foto sepasang siswa smp—dapat terlihat dari pakaian mereka yang berwarna putih-biru. Si pria merangkul gadis berkacamata bulat yang terlihat culun—wajah gadis itu terasa familiar baginya—ia pernah melihat wajahnya. Tapi dimana?
Yang pastinya foto itu pasti punya pemilik dompet itu, Mayra—ya, siapa lagi. Pada saat kejadian malam mereka pertama bertemu—sesaat setelah Mayra masuk ke dalam apartemen, Fero menemukan dompet itu di depan pintu. Niatnya ingin mengembalikan barang itu dengan mengetuk pintu, tapi tak ada yang menanggapinya. Akhirnya ia langsung masuk ke dalam apartemennya, lalu menyimpan benda berwarna biru itu ke dalam laci. Dan Fero melupakannya sampai saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Bad
General Fiction"Yang kalian lakukan salah." Baik Meyra maupun Fero tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Yang mereka tau ialah mereka senang dan puas karena melakukan hal yang mereka inginkan. Started: 14 March update/seminggu dua sekali