———
"Gue balik apartemen dulu, tamu yang tadi itu Icha. Gue mau kangen kangenan dulu sama Icha, bye!"
Fero menahan tangan Mayra saat Mayra baru berjalan satu langkah. "Kita belum selesai," ucapnya ambigu.
Setelah bergumul dengan pikirannya, Mayra tau apa yang Fero maksud. Ia rasa bukan dirinya bukan orang semesum itu sehingga ingin melanjutkannya (?), yang Fero bicarakan di sini pasti persoalan dirinya yang salah paham pada Fero Dan Varidza. Pasti hal itu, Mayra yakin, tapi ....
"Ayo lanjutin yang tadi, gue belum puas."
W-wwhat?
Apa maksud Fero yang satu ini? Apakah hal yang sama yang dipikirkannya tadi?
Jujurly, sekarang Mayra mulai tak yakin. Konteks belum puas yang dimaksud Fero itu apa?
"Puas apa?"
"Lo maunya gue belum puas apa?"
Mayra mendesah kesal, "Jangan muter-muter Fero," ucapnya kesal.
"Kalau yang lo pikir puas yang gue maksud sesuatu yang kita lakuin di sofa itu bener, tapi kalau lo juga berpikir yang gue maksud—pembicaraan kita tadi, itu juga bener."
Mayra memalingkan mukanya, kenapa Fero bisa sevulgar itu?
"Ngeres banget sih pikiran lo."
Fero tersenyum smrik.
Helaan napas Mayra terdengar keras. "Gue gak munafik, saat lo ngomong kata puas sisi setan gue langsung mikir hal kotor. Tapi di saat yang bersamaan sisi malaikat gue juga berpikir hal terakhir yang lo omongin tadi."
Hening.
"Udah ah, Icha udah nungguin gue."
Mayra berbalik pergi meninggalkan Fero.
"Besok berangkat bareng gue," ucap Fero agak keras agar Mayra bisa mendengarnya karena posisinya yang jauh—yang dibalas Mayra dengan acungan jempol saja.
———
"Feroooo!"
Sang pemilik nama langsung bangun dari mimpinya dan beranjak dari tempat tidur. Jiwanya seperti terhipnotis oleh teriakan itu untuk segera bangun. Matanya mengerjap dengan cepat dan menoleh pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh—
Tunggu ....
Bukankah di jam seperti itu bel sekolah telah berbunyi?!
Tanpa babibu, Fero segera berlari ke kamar mandi yang tentu saja bukan untuk mandi. Tapi hanya untuk mencuci muka dan menyikat gigi. Ia terus melanjutkan kegiatannya tanpa memedulikan Mayra yang terus berteriak di depan pintu apartemennya sambil menggedor-gedor pintu.
"KALAU LO GAK KELUAR JUGA GUE BAKAL BERANGKAT DULU—"
Bersamaan dengan itu Fero membuka pintu. Hal yang pertama dilihatnya saat membuka pintu adalah wajah Mayra tak lupa kedua tangannya yang mengepal di udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Bad
General Fiction"Yang kalian lakukan salah." Baik Meyra maupun Fero tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Yang mereka tau ialah mereka senang dan puas karena melakukan hal yang mereka inginkan. Started: 14 March update/seminggu dua sekali