Two Bad • Part 12 ~ Call With Him

908 40 2
                                    

Boleh gak gue rindu sama lo?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Boleh gak gue rindu sama lo?

◻️◻️◻️

"Akhirnya, selamat juga. Terima kasih Varidza Irani." Mayra menengadah memandang langit pagi yang masih indah dengan mentari yang bersinar cerah—seolah di sana ia bisa menemukan wajah Varidza.

"Tumben lo gak kena razia," ucap Annisa datar.

Mayra berkacak pinggang. "Emang gue pernah kena razia?"

Annisa mengedikkan bahu.

"Gue punya mata-mata di Osis, jadi gue gak pernah tuh kena razia."

"Seragam yang lo pake?" tanya Annisa sambil menaikan satu alisnya.

Mayra menghela napas, "Punya Idza."

"Gak ada akhlak lo nyuri seragam Idza."

"Terserah gue lah, yang penting gue selamat dari razia Bu Lia."

Annisa tak membalas lagi.

Mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka menuju kelas masing-masing diiringi Mayra yang mengoceh tentang Bu Lia yang kesal karena tak bisa merazia dirinya, alias mempermalukan dirinya di depan murid-murid lain. Karena memang seperti itu, sesudah upacara hari Senin kadang ada razia dadakan yang diadakan para guru bahkan mungkin para anggota osis juga bisa terkena razia. Para guru akan menanyai satu persatu anak-anak yang terkena razia—yang sudah diperintahkan untuk berdiri di hadapan seluruh penghuni sekolah.

Mayra bergidik ngeri membayangkan jika dirinya mengalami hal itu. Walaupun sebenarnya ia juga tak yakin ia punya malu, tapi tetap saja bila diperlakukan seperti itu jiwa fly to earth-nya akan berubah menjadi down to earth.

"Gue duluan," pamit Annisa sambil berlalu menuju kelasnya yang sudah ada di depan mata tanpa menunggu balasan dari Mayra.

"Sana-sana! Gue gak butuh temen yang bisanya cuman diem doang," ucap Mayra sambil mengibaskan tangannya.

Mayra berjalan dengan senyum merekah di wajanya. For your information, Mayra di sekolah ini memang tak punya teman selain Annisa dan Varidza. Walaupun Varidza hari ini sudah pindah sekolah, tapi dulunya saat sekolah di sini ia merupakan temannya—tak banyak orang yang tahu soal itu.

Sejak kejadian di masa lalu Mayra jadi tak mau lagi membuka diri pada orang lain. Mungkin di depan saja ia terlihat easy going, namun itu hanya cover. Saat kamu mencoba menggali lebih dalam, ada tameng yang cukup kuat untuk menghalanginya. Seandainya saja Mayra bisa membuka diri kepada orang baru, maka orang baru itu beruntung. Mayra membuka diri pada orang yang menurut intuisinya—orang itu orang yang tepat. Sejauh ini intuisinya selalu benar.

Banyak ciwi-ciwi di kelasnya yang tak suka padanya. Karena saat mereka mencoba mendekati Mayra, Mayra seolah memasang spanduk agar tak mendekat padanya. Ia selalu duduk sendiri sejak ia masuk Sma. Lebih baik seperti itu daripada punya teman sebangku, tapi hanya ingin memanfaatkannya saja. Sehingga yang lumayan akrab dengannya di kelas hanyalah para kaum adam.

Two BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang