(Attention ; semua adegan yang terdapat dalam cerita ini tidak untuk ditiru. Semuanya hanya khayalan belaka)
Memang kalau good looking bikin otak jadi gak bisa thinking. —Mayra
◻️◻️◻️
Hari ini hari selasa, tak perlu terlalu terburu-buru karena tak akan ada upacara seperti kemarin. Bel masuk pun lebih lambat beberapa menit dari hari Senin, jadi Mayra bisa lebih bersantai ria. Kini dihadapan kaca rias besar, ia memandangi wajahnya dengan decak kagum.
"Aduh, kok gue makin sini makin cantik aja sih."
Adakah yang seperti itu? Yang memuji dirinya sendiri di depan kaca?
Pasti banyak yang satu spesies seperti Mayra, bahwa dengan lebih banyak mengaca dan memuji dirinya sendiri maka wajahnya akan benar-benar cantik seperti ucapannya.
"Muka gue makin glowing aja sih," ucapnya sambil mengoleskan sunscreen ke wajahnya dilanjut dengan memakai lipbalm—oh iya, tidak lupa dengan mulutnya yang tak berhenti memuji-muji kecantikannya sendiri.
"Lo tuh kebiasaan deh Kak, ngebacot sendiri sambil dandan depan kaca," ucap seseorang di depan pintu.
Mayra berdecak pada Darren yang sudah memakai seragam lengkap smpnya. "Suka-suka gue lah, sering ngaca itu bisa meningkatkan kepercayaan diri Darren."
Darren memutar bola matanya jengah. "Lo mau sarapan gak? Semua orang udah ada di meja makan."
"Biasanya juga mereka makan tanpa ada gue, udah pergi sana."
Darren akhirnya pergi dari sana. Mayra dapat bernapas dengan lega. Saat ini Mayra sedang pulang ke rumahnya, eh rumah ayahnya maksudnya. Di rumah ini hanya pada Darren lah ia sering berinteraksi, tidak pada yang lainnya. Semua penghuni rumah ini, kecuali Darren tentunya—sangat memuakkan bagi Mayra. Mereka semua menjijikan, dengan sikapnya yang selalu membuat Mayra mual.
Kepalanya menggeleng ke sana kemari, jangan sampai dengan memikirkan mereka membuatnya muntah di pagi hari. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 07. 25. Segera saja Mayra bergegas mengambil tas dan menenteng sepatu lalu pergi ke dapur yang harus melewati ruang makan tentunya.
"Mayra, makan."
Mayra memutar bola matanya jengah, "Ogah, ntar disuruh bayar lagi," jawab Mayra pada seseorang yang selalu setia dengan tatapan datarnya. Siapa lagi kalau bukan ayahnya.
"Biarin lah Yah, orang gak bisa diatur kayak dia jangan digubris."
Decakan Mayra memenuhi ruang makan yang berhadapan langsung dengan dapur. "Siapa juga yang mau dianggap."
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Bad
Ficción General"Yang kalian lakukan salah." Baik Meyra maupun Fero tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Yang mereka tau ialah mereka senang dan puas karena melakukan hal yang mereka inginkan. Started: 14 March update/seminggu dua sekali