◻️◻️◻️
Sepertinya yang akan mengamuk di sini bukan Mas mantan, tapi Mbak Mantan.
Mbak Mantan, alias Mayra menarik sejumput baju Mas mantan agar mengikutinya—ia tak sudi menyentuh seinchi pun kulit Aldi.
Bisa aja lu mbak, kemarin-kemarin lu pake jaketnya kan?
Terima kasih sudah mengingatkan. Sepertinya ia harus pergi ke dokter kulit. Tolong ingatkan Mayra untuk itu. Btw, jangan capek-capek ingetin Mbak mantan ya.
"Kenapa lo bawa gue ke sini? Lo gak citra lo rusak di depan orang-orang?"
Mayra mendengus dan memandang sekitarnya, memastikan keadaan sekitar sepi. Tapi matanya malah menangkap hal lain, ia tersenyum sinis. "Kalau gue gila pencitraan, di hari pertama gue masuk gak akan gue bilang kalau gue pindah karena ditangkap polisi karena narkoba," ia mengacungkan jarinya di dada Aldi, "pacar lo lebih gila pencitraan daripada gue."
Aldi menggeleng. "No. Hasna lebih baik dari lo."
Mayra mengepalkan lengannya tanpa sadar. Tujuan lu bawa Aldi ke sini biar bisa ngulur waktu kan? Biar amarah lu bisa teredam kan? Jangan merasa marah untuk hal yang tak berguna. Jadi jangan pikirkan lagi mereka Mayra, ayo selesaikan apa yang ngebuat lu bawa Aldi ke lorong sepi ini.
"Gue bawa lo ke sini buat negasin, lo jangan pernah peduli lagi sama gue. Kalau lo gak ikhlas mending jangan. Seperti lo, gue juga gak suka tukang bo'ong."
Aldi memalingkan wajahnya, "Hanya kemanusiaan, jangan berharap lebih."
"Untuk orang yang udah benci gue mati-matian selama hampir dua tahun rasanya kemanusiaan itu harusnya gak ada."
"Oke."
Anjim.
Cuma ngejawab seiprit?
Tarik napas, buang. Ulangi sampe lu bener-bener tenang. Sekali lagi, jangan ngebiarin emosi nguasain lu.
"Dari awal gue gak pernah bohong sama lo. Terserah lo mau percaya apa enggak. Gue cuman kasian kalau lo terus hidup dalam kebohongan. Dan seperti kata gue tadi, gak ada kemanusiaan di antara kita. Gue bakal jauhin lo, biar gak menimbulkan salah paham."
"Btw, gue bukan perebut pacar orang, so lo jangan sembunyi di sana adik," ucap Mayra sambil pada Hasna yang sedari tadi menguping dari balik tembok.
Mayra berjalan menjauhi Mas mantan, berniat kembali ke kelasnya. Tapi ia berbalik dan mendapati Hasna sudah ada di samping Aldi.
"Oh, iya. Jangan lupa lo tanyain sama pacar lo apa yang dia lakuin tadi malam di club the blue room no 12." Mayra menyeringai jahat.
"Thanks buat waktunya, and sorry for the jacket."
Mayra tersenyum puas, ia sebenarnya hanya random saja berucap demikian. Sepertinya menyenangkan bisa pasangan itu bertengkar.
Dipercepatnya perjalanan menuju kelasnya, karena tadi sebenarnya bel sudah berbunyi pasti sudah ada guru di kelasnya. Tapi saat melewati kelas X IPA 2 ia menemukan kekasihnya yang sedang bersandar di depan jendela kelas, satu alisnya terangkat. Mayra berhenti sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Bad
General Fiction"Yang kalian lakukan salah." Baik Meyra maupun Fero tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Yang mereka tau ialah mereka senang dan puas karena melakukan hal yang mereka inginkan. Started: 14 March update/seminggu dua sekali