(+)
Gak diedit samsek, monmaap banyak typo n kalau kurang ngefeel komen aja yyyyaa
◻️◻️◻️
"Anjir kok basah sih?"
"Hah?"
"Anjir gue lupa, gue lagi dapet Fero. Lo malah ngajak gue ke sini seharusnya gue langsung pulang," ucap Mayra kesal.
"Lo ngalihin pembicaraan?" Tanya Fero dengan nata menyipit.
Mayra berdecak kesal dan berdiri dari duduknya. "Tuh liat kursinya jadi ikut merah," tunjuk Mayra pada kursi taman yang kebetulan warna putih.
Fero mengamati kursi itu dengan seksama. Ternyata benar. Kenapa juga ia bisa lupa kalau Mayra bocor.
"Cepat pulang, gue mau bersih-bersih," Mayra menarik seragam Fero.
"Bersih-bersih?"
"Kok lo lemot sih?! Gue kesel sama lo! Mending gue pulang sendiri aja!"
Fero memegang dadanya karena kaget. Ia tak menyangka Mayra bisa berteriak sekencang itu. Apakah ini yang selalu dibicarakan orang-orang soal wanita pms yang sensitifnya minta ampun. Sepertinya di masa yang akan datang ia harus berhati-hati menghadapi Mayra yang sedang kedatangan tamu bulanan—oh, sial!
"Huaaaaaaa ... kok lo gak bujuk gue sih? Huaaaaaa .... "
Drama macam apalagi ini?!
Kenapa di saat Fero berusaha untuk menjadi seorang pria yang gentleman semua ini terjadi? Harus dibawa pulang dulu ini si Mayra daripada makin banyak drama dan bikin malu Fero.
"Ayok pulang," ucap Fero sambil menarik tangan Mayra menuju motornya. Tapi ....
Di kursi taman ada noda merah yang lumayan mencolok—keduanya tak jadi melangkah. Mereka harus bertanggung jawab, apalagi baunya cukup tercium amis dari jarak dekat. Fero menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bingung bagaimana membersihkannya. Sedangkan Mayra sendiri masih nangis bo'ongan—cuman teriak-teriak gak jelas tapi gak ngeluarin air mata sama sekali.
"Lo diem di sini, jangan kemana-mana. Bentar lagi kita pulang."
Setelah mengucapkan beberapa patah kata itu, Fero segera pergi ke warung terdekat membeli satu botol air minum dan soklin lantai. Fero mengaplikasikan keduanya dengan menumpahkan soklin lantai di atas kursi lalu menuanginya air botol. Dan kalian tebak Fero mengelapnya dengan apa?
Dengan jaket Aldi.
Keterlaluan sekali Fero ini.
Setelah memastikan kursi itu bersih dan tak ada nodanya lagi. Fero segera menarik tangan Mayra ke motornya—kali ini sungguhan.
Di parkiran tak lupa Fero melempar jaket Aldi ke tong sampah.
"Fero!"
Fero menatap datar Mayra seolah mengatakan 'apa'.
"Itu jaket punya orang," ucap Mayra panik. Ia tak lagi menangis palsu, bibirnya sudah lelah berpura-pura.
Fero mengedikkan bahu acuh.
Mayra mendengus sebal. Holang kaya mah bebas. Tapi nanti bagaimana ia bilang pada mas mantan? Jaketnya dibuang sama calon pacarnya gitu?
Eh?
Ia sendiri malah menghindari pembicaraan semacam itu, tapi dalam hati malah meyakini. Maumu apa sih Mayra?
◻️◻️◻️
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Bad
General Fiction"Yang kalian lakukan salah." Baik Meyra maupun Fero tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Yang mereka tau ialah mereka senang dan puas karena melakukan hal yang mereka inginkan. Started: 14 March update/seminggu dua sekali