"Yang kalian lakukan salah."
Baik Meyra maupun Fero tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Yang mereka tau ialah mereka senang dan puas karena melakukan hal yang mereka inginkan.
Started: 14 March
update/seminggu dua sekali
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
◻️◻️◻️
“Cukup menjadi diri sendiri, maka dia yang akan melengkapi.” —Luvilan
◻️◻️◻️
Setelah selesai membersihkan seluruh apartemen Fero dengan seluruh jiwa dan raga—memastikan tak ada satupun debu yang dapat membuatnya bersin, Mayra memeriksa isi kulkas di dapur dan mengambil apa saja yang masih ada. Karena sepertinya Fero harus segera kembali berbelanja untuk memenuhi isi kulkas yang mulai kosong. Nanti ia akan mengajak Fero untuk berbelanja, sepertinya akan menyenangkan.
Membayangkannya saja sudah membuat Mayra tersenyum lebar.
"May ... "
Mayra menoleh cepat pada Fero, masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
"Lo ... gak gila kan?"
Spontan Mayra menjambak rambut Fero—yang berdiri tepat di sebelahnya.
"Gila lo bilang?! Cewek cantik kayak gue lo katain gila? Lo sinting?"
Fero balik menatap tajam pada Mayra dan melepaskan tangan Mayra yang menjambak rambutnya—ia kunci tangan Mayra di balik tubuhnya.
"Apa lo bilang? Sinting?" bisik Fero tajam, tatapannya menusuk dalam—seakan dengan tatapannya itu dapat menyakiti Mayra dengan perlahan.
Mayra mengerjap, Fero yang seperti ini lebih menakutkan dari Fero yang dingin. Nyalinya langsung ciut melihatnya. Oh boy, sejak kapan Mayra punya rasa takut? Ia menggeleng dan menepis rasa itu dengan berujar lantang.
"Lo yang ngatain duluan gue gila! See? Lo sendiri marah gue katain sinting!"
Fero mendengus dan melepaskan Mayra.
Mayra cemberut kesal. Udah capek-capek beresin apartemennya, malah dikatain gila. Padahal semua barang-barang buat bersihinnya Mayra angkut dari apartemen Varidza. Udah pake baju kayak petugas kebersihan lagi, sumpek, gerah. Pokoknya capek deh, malah dikata-katain! Gak kesel gimana Mayra?!
"Okay. Gue minta maaf," kata Fero.
Mayra mendengus dan mengangguk.
"Belanja yuk Fer," ajak Mayra dengan senyum lebar.
Semudah itukah mood Mayra dapat berubah? Fero heran dengan itu. Mayra itu orangnya baperan, tapi mudah melupakan.
Ngomong-ngomong soal Mayra yang mengajaknya berbelanja, sepertinya ia memang harus berbelanja melihat kulkasnya yang ternyata sudah kosong. Biasanya Mommy yang selalu mengisi kulkasnya sebulan sekali. Walaupun Fero tak sering memasak, sehingga petugas kebersihan yang datang setiap bulan yang akan membawa sisa bahan makanan yang masih layak konsumsi.
Tak sadar Fero mengangguk, mengiyakan ajakan Mayra tadi.