◻️◻️◻️
Mayra memegang erat kedua tali tasnya sampai kusut rasanya bila kain itu berbahan tipis. Dadanya berdenyut nyeri, namun dalam konteks yang membuatnya tersenyum tanpa henti. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri-mencari sosok yang menjanjikannya pulang bersama, janji yang diucapkan saat bertelponan tadi.
"Mau bareng gue?" tanya Annisa sambil berdiri di sampingnya.
Mayra menggeleng dan menoleh pada Annisa. "Gak, makasi udah nawarin."
Memang biasanya bila ia tak membawa mobil pasti nebeng pada Annisa
"Gue duluan," pamit Annisa karena sudah ada yang menjemput.
"Hati-hati Icha!" Mayra melambaikan tangan tanda perpisahan sedangkan Annisa hanya membalasnya sekali dan membalikkan badan.
Brum brumm
"Mayra sayang lo mau pulang bareng gue?"
Kepala Mayra menoleh cepat pada sumber suara, belum sempat ia menjawab seseorang menyahuti dengan dingin orang yang mengajak Mayra barusan, "Mayra sama gue."
Zidan mengernyitkan dahi bingung.
Ya. Yang mengajak pulang bersama, ialah Zidan. Dan yang menyahutinya tentu saja Fero.
"Gue duluan May," ucap Zidan sambil menutup kembali kaca helmnya yang tadi sempat dibukanya.
Mayra mengangguk dan tersenyum. "Oke, thanks dan hati-hati!"
Kepergian Zidan meninggalkan Mayra bersama Fero yang masih tetap bertahan dengan tatapan datarnya.
"Bule!"
Fero hanya mengedikkan dagu ke belakang. Mayra menghampirinya dan meraih helm yang berada di jok belakang motor berwarna hitam itu.
Tanpa sadar tangan Fero terulur dengan sendirinya, membantu Mayra untuk naik ke atas motor besarnya.
"Thanks," ucap Mayra.
◻️◻️◻️
Keheningan menyelimuti keduanya. Padahal suasana di sekitar mereka ramai. Namun tak membuat keduanya terlibat dengan obrolan seperti para manusia di sekeliling mereka.
Fero dengan wajah datar.
Mayra dengan bibir cemberutnya.
Entah apa yang ada di pikiran Fero, yang jelas Mayra kesal karena sedari tadi Fero hanya diam tak menjawab pertanyaan ataupun menanggapi ocehannya sama sekali dan bukan membawanya pulang Fero malah membawanya ke kafe. Tentu saja kafe milik fero.
"Mau pesan apa mbak?" tanya waiters
Mayra menggeleng.
Sang pelayan beralih pada bosnya.
Fero hanya menatap pegawainya dengan datar. Pegawai itu berlalu pergi setelah menerima tatapan tak bersahabat dari bosnya.
"Fero mah ah! Diem mulu!" seru Mayra dengan logat sundanya.
Fero menoleh pada Mayra, baru kali ini ia mendengar Mayra berbicara bahasa sunda walaupun hanya sedikit. Tanpa sadar bibirnya sedikit tertarik ke atas.
Mayra mengulum senyum. Akhirnya ia berhasil membuat perubahan pada wajah tampan Fero itu.
"Lo kenapa sih bule, kalau gue ada salah ngomong," ucapnya.
"Gue gak suka."
Dahinya mengernyit, "Gak suka kenapa?"
"Gak suka kalau lo deket sama cowok lain."
Mayra mengulum senyum, sebisa mungkin menahannya. "Emang kenapa kalau gue deket sama cowok?"
Fero terdiam. Ia tidak tau mau menjawab apa, karena ia tidak tau apa jawabannya.
"Ayo jawab bule ..."
Pria beralis tebal itu mengedikkan bahu acuh. Senyum Mayra pun menghilang seketika.
"Idza pindah ke sekolah gue," ucap Fero mengalihkan pembicaraan.
"Kan gue udah bilang kemarin bule ..." ujarnya gemas.
"Tadi dia bareng gue."
"Kok bisa?"
"Mobilnya mogok."
Mayra mengangguk paham, "Mogok ... mobilnya mogok-" pikirannya melayang pada kejadian tadi pagi, saat ia meminjam-gak bisa dibilang minjem juga sih, soalnya gak bilang-bilang. Berarti maling ya-ok, saat ia tadi memaling seragam milik Varidza dengan jaminan ia meminjamkan mobilnya pada Varidza-lewat notes kecil ia tuliskan pesan-pesannya, tentang ia yang memaling seragan Varidza dan meminjamkan mobil-
"Anjim! Itu kan mobil gue," ucapnya panik.
"Gue udah panggil tukang bengkel."
Mayra tersenyum lega. "Alhamdulillah, thanks bule."
Fero membalasnya dengan senyum tipis saja.
"Nanti lo kasih tau gue bengkelnya dimana."
"Ok."
Karena keduanya sudah lapar, akhirnya memanggil waiters-memesan makanan dan minuman masing-masing. Sambil menunggu pesanan datang, mereka kembali mengobrol.
"Btw, lo kok bisa ketemu Idza?"
"Kita satu arah, gue nemu dia di pinggir jalan."
"Tadi kan Idza bangun kesiangan, berarti lo juga kesiangan?"
Fero mengangguk.
"Dihukum ya?" tanya Mayra sambil tersenyum mengejek.
"Iya."
"Hormat di tiang bendera ya?"
"Iya."
"Kepanasan ya?"
"Iya."
"Ululu kasiann abang buleku ini," ucap Mayra seolah bersimpati.
Fero memutar bola matanya jengah.
"Gue mau ngajak lo ke suatu tempat, lo mau gak?"
"Kemana?" tanya Fero datar.
"Liat aja nanti," jawab Mayra sambil tersenyum misterius.
◻️◻️◻️
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Bad
General Fiction"Yang kalian lakukan salah." Baik Meyra maupun Fero tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Yang mereka tau ialah mereka senang dan puas karena melakukan hal yang mereka inginkan. Started: 14 March update/seminggu dua sekali