Two Bad • Part 14 ~ My Family

764 37 0
                                    

◻️◻️◻️

Rumah sederhana terpampang jelas di depan matanya. Di halaman rumah dipenuhi dengan macam-macam bunga, warna-warni bunga meningkatkan kesan hidup pada rumah itu. Namun tak dapat dipungkiri tak adanya kehidupan di sana tak bisa ditutupi dengan semua keindahan itu.

"Ini rumah Nenek gue, kalau yang itu rumah Icha, " ucap Mayra sambil menunjuk rumah yang tepat berada di sebelah rumah Neneknya.

Fero memasukkan motornya setelah Mayra membuka gerbang yang digembok.

"Gue ngajak lo ke sini mau nunjukin sesuatu ya, bukan buat ngajak lo aneh-aneh. Jangan mikir terlalu jauh oke?"

Fero mengernyitkan dahinya. "Nggak tuh, gue gak mikir ke sana. Otak lo aja yang ngeres," ucapnya sambil menyentil pelan kening Mayra.

Mayra menyentuh keningnya yang disentil Fero. "Ya kali kan, biasanya cowok kan kayak gitu."

"Gue nggak."

"Terserah lo."

Mayra memimpin jalan di depan. Ia merogoh sakunya begitu berada di depan pintu utama. Ia mencari kunci rumah ini. Tak butuh waktu lama kunci berhasil ditemukannya. Tanpa basa basi ia membuka pintu dan mempersilahkan Fero masuk—mengiringnya ke ruang keluarga.

"Kalau lo mau minum ambil aja di kulkas, gue mau ganti baju dulu bentar."

Keheningan menyelimuti Fero begitu Mayra masuk ke kamarnya yang ada di lantai dua. Mengamati rumah ini pun menjadi pilihan Fero untuk menunggu Mayra selesai dengan urusannya.

Satu pertanyaan bercokol di kepalanya, saat tadi Mayra bilang bahwa ini rumah Neneknya. Kenapa Mayra tak tinggal saja di rumah ini? Padahal rumah layak huni, tak seperti rumah kebanyakan yang ditinggal dan akhirnya terbengkalai. Namun rumah ini seolah dijaga dalam semua aspeknya. Misalnya saja cat temboknya, masih terlihat segar atau mungkin memang baru dicat? Lalu kebersihannya, yang Fero lihat tak ada setitik debu pun di rumah ini. Padahal sedari tadi hanya ada dirinya dan Mayra di rumah ini yang mana menunjukkan bahwa di rumah ini memang tak ada siapapun yang menghuni. Setahunya juga Mayra lebih sering pulang ke apartemen Varidza daripada ke sini ataupun rumah Ayahnya.

Di ruang keluarga ini juga Fero dapat melihat betapa hangatnya hubungan Mayra dan Neneknya, mungkin—Fero dapat melihatnya lewat foto yang banyak terpajang di dinding. Kebahagiaan dari setiap foto yang dipajang tak bisa ditampik, semuanya natural. Tapi anehnya hanya ada foto Mayra, Neneknya, serta satu orang lagi yang  Fero duga sebagai Kakaknya Mayra—kenapa tak ada foto lainnya?

"Lo udah ngambil minum?" suara Mayra memecah pikirannya.

Fero menggeleng, "Gue gak tau dimana dapurnya."

Mayra menepuk keningnya. "Gue lupa gak kasih tau dimana dapurnya," ucapnya sambil cengengesan.

Mayra saat ini sudah mengenakan pakaian santai berupa sweater oversize berwarna army dengan bawahan berupa celana kain sepaha, meskipun sederhana Fero tetap saja terpesona.

"Lo mau minum apa?"

"Apa aja."

"Kebetulan kalau gak salah di dapur ada mangga, gue bikinin jus mangga lo mau gak?"

Two BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang