SEBELAS

231 110 375
                                    

Seorang gadis memakai Hoodie oversize yang menutupi kepala hingga hampir menghalangi nampak wajahnya terlihat mengendap-endap memasukki pintu gerbang sekolah. Matanya terlihat was-was menatap sekitar.

"Aishhh jangan sampai gue ketemu si cowok gila itu pagi ini!" umpat Ara berbisik pada dirinya sendiri.

Perlahan langkah itu membawa Ara menelusuri koridor-koridor kelas.

Drrttttt

Ara berjengit kaget mendengar dering telepon dari dalam ponselnya. "Astaghfirullah kaget gue." Dia membuka screen dan tertera nomor yang tak di kenal disana.

Ara mengerutkan keningnya terlihat tak terlalu menanggapi nomor asing itu, dia kembali memasukkan ponselnya kedalam kantong dan meneruskan langkahnya kembali.

Drrttttt

"Ahhh siapa sih anjir pagi-pagi udah buang-buang pulsa!"

Ara berdecak, dia kembali melihat screen ponselnya. Kali ini pesan yang masuk, bukan telepon.

0826892**** Send a photo...

Ara membuka pesan tersebut, raut wajahnya berubah 180° dari burik menjadi lebih burik.

Mulutnya melongo melihat foto wajahnya yang dia terima melalui nomor asing tadi.

Drrttttt

Kali ini Ara segera mengangkat telepon itu tanpa pikir panjang. Sambungan telepon itu terhubung, mulutnya siap untuk mengumpat sekarang.

"HALLO! SIAPA SIH INI? DARI MANA SITU DAPET FOTO INI HAH? PENGUNTIT LO?"

Hening.

Ara memasang kupingnya sigap, dia tampak menyelidik siapa yang mengikutinya bahkan sampai memfotonya saat dia tertidur di Toserba.

"Ha_hallo!"

Seperkian detik tak ada jawaban. Ara menjauhkan ponselnya dari telinga beberapa kali sibuk memainkannya kemudian kembali mendekatkan barang pipih itu ke telinga.

"Perasaan pulsa gue belum masa tenggang deh."

Terdengar kekehan kecil dari seberang sana, akhirnya dia mengeluarkan suara. Jadi bukan ponsel Ara yang kehabisan pulsa ya, jangan suudzon.

"Pagi banget berangkatnya? Kenapa?"

Ara mendengarkan dengan saksama, dia kembali menyelidik mencoba menebak siapa laki-laki dengan suara bass yang ada di sambungan teleponnya. Tersadar ucapan laki-laki itu seolah titisan cenayang karena bisa tahu apa yang dilakukan Ara, tubuhnya refleks berputar dan matanya menjuru ke sekeliling Koridor.

"Gak usah di cari."

"Si_SIAPA LO! SE_SETAN SEJAK KAPAN PUNYA PONSEL!"

"Lo gak lupa janji semalem kan Ra?"

DEGGG

Ara terpaku seketika, usahanya menghindari makhluk ini ternyata sia-sia. Sejauh apapun dia menghindar, radar buaya akan selalu menemukannya.

Tap_tap suara langkahan kaki perlahan terdengar mendekatinya dari arah belakang.

Ara ingin berlari tapi tiba-tiba kakinya kaku dan berat tak bisa bergerak seolah diikat dengan besi ratusan kilo.

Sepasang kaki itu terhenti, tubuhnya terasa sangat dekat dengan pusaran oksigen Ara. Kini saat Ara ingin bicara tiba-tiba bibirnya menyatu tak bisa buka suara seolah tersolatip dengan sempurna.

Karena tubuh Ara yang sangat bocil dan pendek bak kekurangan gizi seperti ghibahan Agam, alhasil Aksel sedikit menunduk untuk mendekatkan wajahnya ke telinga Ara.

Jomblo, Bodo Amat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang