DUA

525 210 521
                                    

Ara berlari menaiki tangga menuju ke kelasnya, melihat pintu kelas XI C sedikit terbuka, dengan cepat Ara berjalan mengendap-endap, sesekali menungging bahkan berjongkok untuk mengantisipasi kalau tiba-tiba di dalam kelas terdapat guru yang sedang mengajar.

Ara menempelkan kupingnya ke pintu dan tiba-tiba, bwaaaaa

Pintu itu terbuka lebar tertarik kebelakang.

Seketika Ara memejamkan matanya rapat, kemudian menyatukan kedua tangannya membentuk isyarat permintaan maaf.

"Aaaa maaf pak maaf, saya sebenarnya tadi tidak ingin telat pak maaf, sepeda saya rusak pak jadi harus naik bis, mana bis nya lama lagi, MAAF PAKKK SAYA SUDAH MENGAKUI KALAU SAYA SALAH JADI JANGAN HUKUM SAYA PAKK!!! MAAF PAKKKK!!!!"

Saat setelah permohonan maaf beruntun Ara, keadaan menjadi hening.

"Ra," panggil seseorang dihadapannya.

Ara membuka mata kirinya, dengan posisi tangan masih tidak berubah.

Ternyata bukan guru, tapi dia hanyalah Asep, teman sekelas Ara.

Ara membulatkan kedua matanya, napas yang ia tahan sedari tadi ia hembuskan kasar.

"Loh kok jadi Lo sep, gak ada guru hah? gada guru?" Tanya Ara, sembari mengecek sekeliling kelas, kali aja gurunya ngumpet di bawah meja.

Ternyata keadaan kelas hening bukan karena ada guru, melainkan semua murid tengah sibuk sendiri-sendiri, jamkos adalah surga bagi para siswa di dunia.

"ARAAAA!!!"

Teriak Iva sembari menggebrak meja.

"Woy Va!"
"Kaget anjir."
"Ngagetin Lo Va!"
"Heh diem anjir!"
Begitulah bisikan para teman sekelas Ara yang tengah enak tertidur, terganggu akibat suara Iva yang seperti Toa.

"Ahh mianhae gaes, good sleep good sleep again", ucap Iva. Iva melambaikan tangan kearah Ara, memintanya untuk mendekat kearahnya.

Ara yang terengah-engah memahami instruksi Iva. Ara menepuk lengan Asep tanpa berkata panjang lebar ia langsung berjalan menuju bangkunya, di sebelah Iva.

"Gimana gimana? Kok bisa telat lagi? Lo sekarang telat terus ya, kenapa gak bareng Agam sekalian bego! Guru? Gak ketahuan guru kan? Lo lompat pager lagi? ishhh buruan cerita!!"

Ara mengepalkan tangannya, menganyungkan berkali-kali kearah mulutnya.

"Ahhh," seolah paham, Iva mengeluarkan sebotol minuman, menyodorkannya kepada Ara.

Ara meneguknya segera, "HAHH! GUE HAMPIR MATI GARA-GARA TELAT!"

"Jawab dulu pertanyaan gue buruan!" suruh Iva penasaran.

"Aa itu, apa tadi pertanyaan Lo?"

Iva menatap Ara datar.

"Gimana gimana? Kok bisa telat lagi? Lo sekarang telat terus ya, kenapa gak bareng Agam sekalian bego! Guru? Gak ketahuan guru kan? Lo lompat pager lagi? ishhh buruan cerita!!" ulangnya dengan nada yang sama persis.

"Oh gini-gini, eh Lo tau gak semalem gue mimpi apa?"

"Mana saya tau saya kan ikan."

"Jadi tuh, dengerin gue dengerin gue dulu!"
Iva mendekat kearah Ara, menyimak apa yang akan Ara ceritakan.

Selama Ara sibuk menceritakan soal mimpinya dengan Fahri, Iva membuat mimik wajah seolah sangat terkejut, tangannya menutupi mulutnya yang mengangga membentuk huruf O.

Jomblo, Bodo Amat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang