ENAM

320 160 508
                                    

Gemericik air berebut berjatuhan menghantam apapun di bawah mereka, suara remang-remang malam menyeruak menjadi pelengkap suasana.

Agam dan Iva tengah duduk sembari menikmati mie instan di sebuah kursi kotak di luar Toserba. Mereka menyeruput mie dengan mata keduanya berfokus pada satu objek yang sama.

"Udah minum obat belum sih dia Gam?"

Agam pun sama, dia menggelengkan kepalanya. "Kayaknya besok harus gue rukiyahin nih anak."

Beralih menelusuri apa yang Iva dan Agam pandang sedari tadi adalah Ara. Dari dalam Toserba Ara sedang berjalan kesana kemari sembari memandang telapak tangan kanannya, sesekali dia berjongkok, mengibas-ngibaskan tangannya, bahkan lari di tempat. Wajahnya penuh penyesalan.

"KENAPA!!! KENAPA GUE HARUS NGEJABA TANGANYAA!!!!"

"ARA!! SADAR!! ARA!! SADAR!!"

Ara duduk mendlosor rak, wajahnya murung. "Tapi dia udah nolongi Lo."

Ara terkapar dan guling-gulung di lantai sekarang. "GAK! LO GAK BOLEH LENGAH!"

Ara menempelkan wajahnya di meja kasir, raut wajahnya semakin murung dan penuh dilema. "Tapi dia yang nyelametin nyawa Lo dua kali Ra!"

Siapapun yang melihat Ara akan beranggapan bahwa dia---gila.

Agam datang mengetuk meja kasir, tok tok.

"Siapa sih Ra? Lo kenalan sama siapa? Sampek segitunya."

Ara masih merebahkan kepalanya di meja. Iva menepuk bahu Ara pelan.

"Udah lah Ra, lagian Lo bisa wudhu lagi kan habis salaman, gitu aja repot."

"Jangan bicara sama gue! Gue gak kenal sama Lo berdua." Ucap Ara pasrah.

Agam berjalan mendekat ke rak mie instan, dia merapikan jejeran mie yang berantakan. Saat Agam menatap keluar Toserba, dia melihat Fahri dan seorang perempuan sedang berjalan bersama memasuki sebuah restoran, Fahri terlihat romantis dengan melindungi perempuan itu dari hujan dengan jaketnya. Sayangnya wajah perempuan itu tidak begitu jelas karena tertutup jaket Fahri.

"Wo_woy sini deh kalian berdua."

"Apa? Apaan woy?" Tanya Iva sembari mendekatkan kearah Agam.

"Jangan bicara sama gue! Gue gak kenal Lo pada!" Ara masih terkapar di meja kasir.

"Sini deh Va, Lo liat laki-laki yang duduk disana gak?"

"Itu bukanya si Fahri?" tanya Iva.

"Nah Lo juga mikir gitu kan? Emang Fahri sih."

Mendengar kata Fahri, jiwa Ara bangkit kembali.

"Mana? Mana mana mana??"

"Yeuy giliran ngomongin si Fahri aja otak Lo cair!" Umpat Iva.

Ara mendekat ke kaca, dia menatap Fahri yang tengah duduk berhadapan dengan seorang gadis berambut panjang sebahu. Bibir Fahri terus mengembang kala itu.

***

"Dingin ya?"sembari menggengam tangan Della yang duduk di hadapannya.

Della tersenyum, dia menggeleng cepat. "Enggak, kamu yang basah semua."

Fahri tersenyum tulus. "Gak papa."

Tak selang lama, terlihat seorang wanita menghampiri keduanya dengan menenteng buku menu makanan yang ada di restoran kala itu.

Jomblo, Bodo Amat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang