DUABELAS

202 108 544
                                    

Ara berdiri di tengah , mendorong tubuh mereka pelan untuk menjauhkan keduanya. "UDAH! STOP!"

Ara menunjuk jam tangannya, "Nih, nih lihat! Bentar lagi masuk! Udah mending ke kelas aja, Fahri Lo kesana! Lo juga kesana! Bubar! Bubar! Jaga jarak! Dan gue juga akan pergi dari sini!"

Setelah mendorong Aksel dan Fahri, Ara menjauh dari kantin untuk mengantisipasi jika terjadi perkelahian lagi.

Fahri pun berjalan meninggalkan Aksel, begitupun Aksel meski tatapan mereka masih Sama tajamnya.

Saat Iva juga ingin beranjak dari posisinya,

"Mbak-mbak! Itu temennya tadi belum bayar!" Cegah emak-emak kantin di belakang sana.

Iva terhenti, dia menarik napasnya memakai topeng kebaikan. "Iya bu, saya yang bayar kok."

Iva be like : andai gue bisa menghilang sekejab dari bumi.

***

"Ndes!"

Ara menepuk keras lengan Agam yang sedang sibuk dengan ponselnya. Mereka duduk di kursi taman sekolah saat itu.

"Apa sih anjir! Nih lihat muka gue ngilangin tintanya susah anjir!" Agam terlihat masih kesal dengan Ara.

Ara terlihat memasang wajah watados, bahkan dia mengganti topiknya. "Lo aneh gak sih? Kenapa setiap Fahri sama Aksel ketemu tuh rasanya pengen berantem terus?"

Agam meletakkan ponselnya, dia menatap Ara serius sekarang. "Lo mau tau kenapa mereka berantem terus?"

Ara mengangguk cepat menanggapi tawaran Agam.

"Sini gue kasih tau!"

Ara pun dengan sigap menyimak apa yang akan Agam katakan.

"Dari sisi yang gue baca, Aksel tuh bukan type orang yang suka menunda-nunda, dan Fahri bukan type orang yang suka berterus-terang..."

Ara mengangguk, "jadi?"

"Jadi..."

Ara masih terdiam menyimak dengan seksama menunggu kelanjutan ucapan Agam.

"Jadi kalau Lo mau tau kelanjutannya, Lo harus beliin gue sepatu sama jaket baru yang gue pengen kemarin! Keluaran terbaru Ra! Tapi gue Unlimited money!"

Ara merubah tatapannya datar namun mencekam, dia mengepalkan tangannya kuat-kuat, wajahnya merah menyala.

Agam merasakan sesuatu yang buruk akan menimpanya, jadi sebelum itu terjadi Agam segera mengantisipasinya dengan berlari cepat meninggalkan Ara.

"Gue masuk dulu Ra! Bye!"

"A G A M !!!"
"Sini Lo! Sini Lo hah!"

Agam berlari sekuat tenaga menjauh dari Ara yang kini sudah berubah menjadi ganas! Ara melempar sepatunya hingga terkena bahu Agam. Ara menendangnya bokongnya kuat, melompat mencekek kepalanya dan seperti itulah tawuran sesama saudara akhirnya tak ter-elakkan.

Di lain sisi, Aksel dan Rey tengah berjalan melintasi taman sekolah pun terhenti. Mereka melihat Ara yang sedang berlarian mengejar Agam.

Rey berdehem, "romantis banget."

Aksel terdiam menatap Rey kemudian kembali melihat Ara dan Agam di jauh sana. "Mereka saling kenal? tunggu-tunggu, Ara kan penggemar setia Fahri ganteng." Suara Aksel dengan nada mengejek nyenyenyenye.

Rey berbisik ke telinga Aksel, "bisa aja kan, Ara move on. Lo gak lihat mereka?"

Aksel terdiam tatapannya menyelidik. Rey terkekeh geli kemudian melenggang melanjutkan langkahnya lagi meninggalkan Aksel yang masih terpaku.

Jomblo, Bodo Amat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang