TIGABELAS

185 108 449
                                    

Malam itu rasanya sangat suntuk, jadi Aksel memutuskan untuk keluar rumah menelusuri jalanan malam. Syukur-syukur dapat yang bening-bening buat cuci mata. Astagfirullah 33×!

Entah kebetulan atau bagaimana, Aksel melihat orang diujung sana tengah berdiri sembari menatap indahnya langit malam. Rasanya Aksel tak asing dengan postur tubuh yang kecil itu.

Ara saat itu tak menyadari keberadaan Aksel. Aksel mengikuti arah pandang Ara, dan benar saja bulan kala itu sangat indah.

Guratan senyum tertarik begitu saja. Aksel mengeluarkan benda pipih dari kantongnya, seolah Ara adalah subjek yang tak pernah Aksel lihat sebelumnya, dia memotret dengan tanpa sepengetahuan Ara.

Dia kembali memasukkan ponselnya dan berjalan perlahan kearah Ara tanpa suara.

Aksel sedikit menunduk untuk menyesuaikan tingginya dengan gadis di depannya itu.

"Hai cantik."

Ara berjengit kaget melihat Aksel yang sudah ada dibelakangnya.

"Aksel...? Lo tuh kenapa ngikutin gue terus sih!"

"Gue? Mana ada, orang ini jalan deket rumah gue kok," Aksel melipat kedua tangannya, menatap Ara menyelidik. "Lo..."

"APA?" tanya Ara ngegas.

"Lo udah ganti gebetan kan? Lo udah gak ngejar-ngejar si cowok ganteng itu lagi kan? Ewww maksud gue si cowok SOK GANTENG itu kan?"

Ara menarik napas panjang. "Mau gue punya cowok, gue suka sama Fahri sekalipun gak ada hubungannya sama Lo, jadi suka-suka gue. Udah ah gue mau pulang!"

Belum sempat Ara melangkahkan kakinya. Tangannya tertahan oleh sebuah genggaman kuat, membuatnya sedikit tersentak mendekat tubuh Aksel. Tatapan keduanya bertemu.

"Tapi gue gak suka, gue pengen Lo natap dan tersenyum kearah gue juga."

Sejenak perkataan itu seolah memberhentikan waktu Ara. Mereka terdiam dengan tatapan masing-masing.

Dengan wajah yang masih serius, Aksel kembali membuka suara. "Gimana? pasti Lo berharap kan gue bilang gitu?"

Ancuk!

Ara menginjak kaki Aksel membuat laki-laki itu merintih, "aaaduhh aduhh sakit goblok!"

Ara yang saat itu dirundung kemalangan ditambah bertemu dengan makhluk macam Aksel membuatnya semakin icemosi. "BODO AMAT! BERHENTI IKUTI GUE!"

Ara melenggang begitu saja meninggalkan Aksel, sesekali dia menatap kembali kebelakang memastikan laki-laki itu tidak beranjak dari posisinya, kemudian berlari kencang.

Aksel terkekeh geli melihat tingkah Ara. Dia melipat kedua tangannya dengan tatapan gemas.

"Bagaimana dia bisa seimut itu?"

***

"Pijit yang bener dong! Laki masak gak ada tenaganya!" Suruh Ana kepada Indra yang sedang duduk di sofa sembari memijatnya bahunya.

"Gimana? Enak kan?"

Ana memejamkan matanya, dia mengangguk menikmati pijatan tangan suaminya. "Sini, sini sebelah sini!" suruh wanita paruh baya itu kembali mengarahkan tangan suaminya.

Brakkk

Suara gebrakan pintu membuat kedua suami-istri itu terkejut bukan main. Beberapa detik kemudian dari sana menampakkan sosok gadis yang buru-buru dengan tatapan sebalnya. Mulutnya bergumam tanpa henti.

"KALAU MASUK RUMAH PAKAI SALAM!" teriak Ana menyadari Ara yang baru saja datang.

Ara berdiri diambang pintu dia segera melepaskan sepatunya, "dasar buaya! yang dia pikirin apaan sih? hobby banget gangguin orang! sok ganteng lagi! gak bakal mempan jurus gituan ke gue!"

Jomblo, Bodo Amat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang