DUAPULUHSATU

141 54 112
                                    

Seorang gadis menelusuri jalanan di tengah derasnya hujan, namun kini setidaknya ada pelindung yang menghalangi jatuhnya rinai.

Dia hanya terdiam datar. Pikirannya masih berputar tentang kejadian beberapa saat lalu. Tiba-tiba langkahnya terhenti.

"Dia selalu ada disaat gue butuh, niat dia ngelindungi Gue. Tatapannya beda saat kita hanya berdua, tapi kenapa?" Kalbunya bertanya.

Aksel menarik sebelah bibirnya, "semua orang cuman nganggep gue buaya, buaya, buaya. Gue gak ada niatan buat nyakitin Lo. Gue bener-bener mau belajar, seenggaknya kalau nilai gue bagus bokap gue bakal mandang gue sebagai anaknya."

"Tapi apa bedanya? toh dia emang bukan laki-laki baik. Katanya." kalimat Ara terdengar menggantung.

Lagi-lagi ingatan Aksel beranjak pergi meninggalkannya di tengah hujan terus terrolling di otaknya

"Tapi matanya sedih? dua emosi yang gue rasain saat ini, beda..."

"Arghh."

Entah dorongan dari mana, sepasang kaki dan mata itu bekerja sama menemukan sosok yang kini Ara pikirkan. Gadis itu berlari tak peduli hujan mengeroyok, karena payung membuatnya susah berlari jadi Ara melipatnya dan menggenggamnya kuat.

***

FLASHBACK ON
Aksel tengah berjalan melewati taman, tanpa sengaja dia melihat ketiga wajah yang tampak tak asing baginya.

"Hah, sekali ada yang deketin gue, ehh ternyata buaya oon." Sambung Ara sembari melahap roti yang dia genggam.

"Kenapa harus kayak gitu ke gue, kan gue jadi salah paham." Iva membuka botol sprite kemudian meminumnya.

Ara menyodorkan setengah roti yang sudah dia makan tadi. "Karbohidrat bisa kuatin hati Lo."

Iva menerimanya, kemudian membalas menyodorkan setengah sprite yang tadi dia minum. "Soda bisa melenyapkan Lo. Maksud gue sensasinya bisa bikin Lo lebih ahh sudah lah..."

Aksel terdiam sesaat, kedua manik matanya bisa merasakan betapa tertekannya Ara sekarang.

"Woy Bro..."

Aksel berbalik arah dengan mimik wajah datar tanpa menyahut panggilan Ical yang baru saja datang diiringi kehadiran Rey. Keduanya hanya menggeleng tak mengerti.

FLASHBACK OFF

Aksel tersadar dari lamunannya, dia beralih mencari rokok dari dalam kantong celananya.

Tak jauh dari sana terlihat seorang gadis terhenti dari larinya karena dia baru saja menemukan sosok yang sedari tadi dia cari.

Segera Ara berlari kearah Aksel dan menghentikan pergerakan laki-laki itu.

"Merokok, gak baik buat kesehatan." Dengan napas berderu dia merebut rokok dari mulut Aksel.

Payung yang dia genggam, air yang menetes dari rambut sampai ke sepatu, itu cukup membuat Aksel tersentak kaget. Ara basah kuyup.

"Lo lari cuman mau ngom__"

"Lo gak jahat sama gue, tapi gue masih perlu bukti, kalau pikiran jelek gue tentang Lo itu salah."

Aksel masih terdiam menatap Ara yang baru kali ini lari mendatanginya.

Jomblo, Bodo Amat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang