SEMBILAN

252 124 403
                                    

"Araa ayo dong beli mi ayam, Lo kan biasanya suka banget sama tuh jenis makanan."

Iva menggoyang-goyangkan tubuh Ara yang lemas tak berdaya. Mabok apa nih bocah kadang suka kayak kena sawan, kadang happy virus kadang suka lonely.

"Gue mau tidur aja udah!"

"Ah Lo mah suka begindang. Yaudah gue mau ke kantin, mau nitip gak? Kalau mau di beliin sesuatu telepon aja."

Ara yang masih merunduk dia menganggukan kepalanya, setelah itu meraba saku di seragamnya seolah mencari sesuatu.

Tapi tidak ada apapun disana. Ara menegakkan kepalanya cepat.

"Va."

"Hm jadi mau ikut ke kantin?"

"Dimana?"

"Apanya?"

Ara mulai menatap Iva panik. Dia berdiri dengan cepat, membongkar seluruh isi tasnya dan juga laci mejanya.

"Apa sih Ra, Lo lagi cari apa?"

Ara terdiam mengingat-ingat kejadian yang menimpanya hari ini. Dia tertegun dengan segala pikirannya yang bercabang berusaha mencari keberadaan ponselnya.

***

Fahri terus mengulangi teleponnya berkali-kali. Dan berkali-kali itu juga Aksel mengabaikan teleponnya.

Itu membuat Fahri merasa janggal karena gerakan Aksel membuka ponsel sama dengan saat dia menelepon, di seberang sana Aksel pun menatap Fahri menyelidik.

Mereka berjalan saling mendekat satu sama lain. Tatapannya tajam sama seperti saat mereka pertama kali bertemu. Untuk terakhir kalinya Fahri kembali menelepon Ara, dan benar saja ponsel di tangan Aksel berdering senada dengan panggilan Fahri.

"Siapa Lo? Berani-beraninya ngambil barang orang." Fahri mengawali pembicaraan dengan tajam.

"Bapaknya Ara ya? Setiap gue ada urusan selalu aja ada Lo yang ikut campur."

Fahri mendorong bahu Aksel, membuatnya terhentak kebelakang. "Maksud Lo apa!"

Aksel mengeluarkan smirk nya. "Lo tuh siapa! Cari masalah Lo sama gue?"

Seketika itu seluruh isi lapangan berkerumun melihat aksi saling dorong keduanya.

"Itu si Aksel sama Fahri kenapa?" Agam yang menikmati cemilannya terganggu dengan kerumunan di depan matanya.

"Gatau." Jawab Ical enteng.

"Aksel bukannya sahabat Lo?"

Ical mengangguk, "Fahri juga sahabat Lo kan?"

Agam pun mengangguk. "Kenapa gak Lo pisahin?"

"Apa yang Lo lakuin kalau lihat drama kaya gini?"

"Kalau seru ya gue lihatin."

"yaudah jarang-jarang lihat kaya gini."

Agam pun mengangguk, dia kembali memakan camilannya dengan santuy tanpa kendala.

Devinisi Sahabat macam dakjal.

***

"Ah gimana ini, gimana jika dia membuka isi ponsel gue, aaaaa tidakk!!"

Kenapa Aksel dilarang membuka ponsel Ara? Karena banyak sekali foto aib dan pastinya foto-foto Fahri memenuhi sebagian memorinya. Bukan karena film biru ya kawan.

Ara terus berlari menembus sesaknya siswa-siswi. Dan-dia menemukan sosok yang tak asing Dimatanya.

"Rey-Rey."

Jomblo, Bodo Amat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang