Anak laki-laki berumur 10 tahun itu berlari menembus jalan menuju rumahnya sembari meremas erat foto yang ada di tangannya. Melihat rumah megah di hadapannya sesegera mungkin dia berlari masuk kedalam.
Wajah yang tadi terhias oleh senyum haru kini berubah mencengang.
Terlihat beberapa orang tengah duduk di ruang tamu menahan tangisnya, ada apa ini? Anak itu bertanya-tanya.
"Aksel." Lirih Adit yang saat itu masih berumur 18 tahun. Tanpa mempedulikan semua orang di bawah sana, Aksel berlari menaiki tangga.
Pintu kamar tidur utama terlihat sedikit terbuka, kedua kakinya mulai melangkah perlahan memasukki ruangan itu.
Danu dan Yesi terlihat duduk di sudut kamar seolah tak percaya dengan apa yang mereka lihat, Aksel pun mendekat kearah ranjang. Dia menemukan Ibunya yang tergeletak tak bernyawa dengan banyak pil obat berserak di tepi ranjang.
Aksel mendekat, dia bertanya apa yang terjadi namun semua hanya diam tanpa suara. Dia memegang tangan Ibunya yang begitu dingin. Tak terasa bendungan air mata mengalir dengan dentuman jantung yang begitu cepat.
"Ma_ma, Mama, apa yang Mama lakukan? Tidak_tidak boleh begini!" MA! BANGUN MA!"
Aksel terus menggoyangkan tubuh Wanita itu namun dia tetap diam dalam keheningan. Yesi terlihat mencegah Aksel untuk tak histeris, dia menariknya menjauhi Ibunya, suara tangisan anak berumur 10 tahun pecah saat itu juga.
"MAMA GAK BOLEH TINGGALIN AKSEL!!"
Mata Aksel terbuka lebar, keringat bercucuran membasahi seluruh badannya. Napasnya berderu tak beraturan. Dia mengambil sikap duduk dari ranjangnya sekarang, berusaha tenang dan kembali mengatur napasnya.
Tangannya yang sedari tadi mengepal coba dia lepaskan dan tenangkan, rambutnya terlihat lusuh, tanpa suara Aksel menatap hambar seisi kamarnya. Seolah ini bukan pertama kalinya mimpi itu terus menghantui dirinya.
***
Suasana kelas XII C terlihat begitu gaduh, ada segerombolan siswi ahli ghibah, ada yang sibuk dandan-dandan, nonton drakor, streaming MV, nyanyi-nyanyi padahal suaranya kayak kaleng sarden, stalking mantan, pacaran dan banyak lagi.
Ara? Jomblo biasanya ngapain?
Tidur di pojokan jendela sembari menikmati segarnya subsidi oksigen yang setidaknya masih bisa menerima Ara sebagai pemiliknya.
"ARA! ARA!"
Saat-saat dimana Ara ingin menikmati tidurnya selalu saja ada suara toa yang mengganggunya.
Ara memejamkan matanya erat, dia membenamkan wajahnya pada kedua tangannya yang dia silangkan diatas meja, berlagak seolah tak mendengar seruan orang itu. Iva mengguncangkan tubuh Ara untuk membangunkannya.
"Araaa dengerin guee tadi gue dari kamar mandi dan denger kalau si Asep bakal bagiin nilai ulangan kita kemarin!"
Ara menegakkan tubuhnya, "YANG BENER?"
"Ih iya tunggu aja, pasti si murid kesayangan bentar lagi masuk."
Mata Iva dan Ara tertuju pada pintu diujung sana, mereka terlihat konsentrasi dengan objek yang sama.
"Satu."
"Dua."
"Ti_"Belum sempat hitungan ketiga mereka ucapkan, terlihat seorang anak laki-laki dengan kacamata kotaknya memasukki kelas dengan membawa setumpuk kertas. Benar sekali, itu adalah harta berharga Ara.
"Temen-temen Aku mau bagi hasil ulangan matika kemarin." Asep berdiri di depan papan tulis.
"Gue berapa Sep?"
"Wah gak beres nih!"
"Gatau ah."
"Santai baru ulangan!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Jomblo, Bodo Amat!
Teen Fiction✓[ Fiksi remaja - Romance - Comedy ] |Sebelum baca, follow dulu yuk biar lebih enak azekk| Jomblo. Satu kata yang cukup--horor bagi setiap orang yang pernah merasakannya. Siapa yang masuk kategori ini? Mereka yang sendirian, gak ada pasangan, gak d...