LIMABELAS

197 103 504
                                    

"Me-mereka sudah pergi?" tanya Ara dengan nada berat. Dia masih menyandar di dada Aksel.

Aksel menatap kearah objek yang tadi Ara pandang. Fahri dan Della terlihat memasuki sebuah bus. Ara mulai merenggangkan jaraknya namun Aksel menahan tubuh Ara agar tetap pada posisi itu. "Belum, mereka belum pergi, tunggu sebentar lagi."

"Benarkah?" Ara menuruti perintah Aksel.

"Hm, sebentar lagi pasti mereka pergi." Bohongnya.

Aksel menatap gadis yang tengah dirundung kesedihan itu.

Namun, tiba-tiba Ara berteriak keras...

"HUAAA!!! HIKS HIKS!!! KENAPA!!! KENAPA LAMA!!!"

Seluruh orang di sekitar pun menatap dan berbisik seolah membicarakan mereka berdua, mereka berpikir Aksel yang sudah membuat Ara menangis. Image Aksel jadi buruk karena tangisan Ara.

"HUAAA HIKSS!!! HIKSS!!!"

"Ra! jangan nangis! udah! udah mereka udah pergi kok udah!" bisik Aksel kikuk.

"KENAPA!! KENAPA HARUS SEKARANG HIKS! HIKS! LO JAHAT! JAHAT!..."

Coba bayangkan jika Ara menangis di pelukan Aksel, dipinggir jalan dan dilihat berbagai pasang mata.

Aksel berusaha membuat tangisan Ara berhenti, sesekali berbisik dan mendorong gadis itu pelan pelan agar tubuhnya lepas darinya. "Ra, lepasin gue! mereka kira gue ngapa-ngapain Lo anjir! si Fahri udah pergi!"

Dan akhirnya...

"HIKS HIKS BRRRTTTT."

Aksel terpaku, dia mendengar bunyi ingus keluar dari hidung Ara. Untung saja Ara menutupnya dengan tangan, kalau tidak...sudahlah.

Aksel menatap pasrah kedepan dengan tubuh tak berdaya.

"Le-lepasin gue Ra..."

***

"Nih minum!" suruh Aksel sembari menyodorkan air mineral yang dia bawa. Mereka duduk di kursi depan sebuah minimarket.

"Di Toserba juga ada." Sanggah Ara cepat.

"Lo gak mungkin kan pulang dengan keadaan begitu!"

Melihat rambut Ara yang tak tertata, dengan make up yang luntur karena air mata, ditambah ayliner berdecak hitam di kedua kantung matanya. Sepertinya memang tidak mungkin Ara pulang seperti itu, bisa-bisa Ara disangka orang gila.

Ara terpaksa mengambil sodoran botol minum itu. Dia meneguknya pelan dengan Aksel yang kini sudah duduk di sebelahnya.

"Lagian Lo kenapa bodoh banget sih? udah tahu lampu merah tuh gak lama main nyelonong aja! berasa Naruto Lo? punya jurus seribu bayangan?"

Naruto menangis membaca ini.

Naruto menangis membaca ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jomblo, Bodo Amat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang