DELAPAN

264 138 479
                                    

Sebuah mobil Mercy berwarna putih melaju membelah jalanan kota. Ketiga manusia yang tampan berada didalamnya.

Ical yang duduk di kursi belakang, mendekatkan kepalanya ke sela dua kursi didepannya. "Masih pagi broh, lagian kenapa buru-buru banget sih berangkatnya, kita kan bisa habisin dulu makanan tadi, kasihan Mamanya Rey udah masak buat kita, kalau gak dihabisin jatohnya mubadzir."

"Gue malah seneng njir kalau gak Lo habisin semua!" tanggap Rey cepat.

"Gue gak suka sarapan di rumah, apalagi kalau ada Andreas sama nyokapnya." Sambung Aksel menanggapi kesan Ical.

"Dasar molen Lo pada!" umpat sang pemilik rumah.

"Lagian ini mobil Lo kenapa juga harus gue yang nyetir." Keluh Rey untuk kesekian kalinya.

Aksel yang duduk di kursi penumpang depanpun menoleh kearah Rey, dia mengangkat tangan kirinya yang masih terbalut. "Nih."

Rey menatap kaca di atas mobilnya, Ical melontarkan sorotan sendu kepada Rey. "Iya Lo belum dapat SIM A." Rey mengangguk, dia menghela napas panjang.

"Eh Sel, itu soal cewek sasaran Lo, Lo bilang apa sama nyokapnya? Tadi belum Lo terusin."

Di sela perbincangan mereka, tanpa tersadar Mobil yang mereka kendarai sudah sampai di tempat tujuannya. Mobil memasukki gerbang sekolah, dan Rey memarkirkan mobilnya rapi disana.

"Gimana?" tanya Rey kembali melanjutkan perbincangan mereka tadi.

Aksel menoleh kearah keduanya. Dia membuka ponselnya, terlihat sedang mencari sesuatu di dalam sana. "Nih." Kemudian dia menyodorkannya kepada kedua sahabatnya.

Rey dan Ical membulatkan matanya, mereka menatap foto di screen ponsel Aksel tak percaya.

Aksel merebut ponselnya kembali, "keren kan gue?"

Ical dan Aksel menggelengkan kepalanya berbarengan seolah tak percaya dengan Foto yang mereka lihat.

"Udah ah gue mau keluar dulu." Aksel membuka pintu mobil.

"Mau kemana njir?" tanya Rey tersadar akan lamunannya beberapa saat yang lalu.

Aksel yang sudah keluar dari mobil melenggang begitu saja tanpa menatap Rey dan Ical yang masih di dalam mobil. Dia merekahkan kedua sudut bibirnya.

Sementara Ical berbisik kepada Rey sembari menatap kepergian Aksel. "Lo yakin nih cewek bakal jadi mangsa kesekian kalinya Aksel?"

Rey menggelengkan kepalanya, "Lo yakin? Kali ini Aksel bakalan ninggalin nih cewek kayak yang lainya?"

Kedua bujang ini saling menatap, lagi-lagi mereka menggelengkan kepalanya berbarengan seolah tak tahu dengan jawaban pertanyaan mereka sendiri.

***

Aksel berjalan menelusuri koridor, masih terlihat sepi, dia berhenti di persimpangan lorong. "Ini kamar mandi mana etdah, perasaan nih sekolah gede banget tapi kamar mandinya ngumpet semua."

Aksel terus menelusuri koridor, matanya membulat ketika di seberang sana dia melihat seorang gadis tengah mengendap-endap memasukki sebuah ruangan. Aksel tersenyum tipis, jiwa julidnya meronta-ronta.

Aksel berjalan perlahan menuju arah tujuan gadis tadi, satu hal yang membuatnya tertarik mengikutinya adalah karena dia adalah Ara.

Aksel berhenti di dekat jendela perpustakaan, karena postur tubuhnya yang tinggi, dengan mudah dia melihat apa yang Ara lakukan dari luar jendela. Ara terlihat sibuk mencari buku sekarang.

Jomblo, Bodo Amat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang