SEMBILANBELAS

158 78 168
                                    

"Bunuh gue, bunuh gue sekarang juga!"

Iva menatap datar seorang gadis yang terlihat sangat putus asa didepannya. "Bukankah dia bener Ra? Lo emang harus nyoba buka hati buat cowok lain." Jawab Iva yang duduk di sebelah ranjangnya.

"Gak. Itu cuman permintaannya dia kan, gue gak wajib harus nurutin. Gak gak masak gue harus buka hati buat tuh cowok gila! Arghhh!!" Ara merebahkan tubuhnya sembari menggeliat sebal.

"Emang apa jawaban Lo anjir!"

Perlahan mata Ara mulai terbuka lebar mengingat kejadian tadi siang. "Gue..."

FLASHBACK ON

"Ash haruskah gue gunain permintaan kedua gue sekarang...

Langkah Ara terhenti.

"Ayo saling mendekat, dengan begitu gue bisa jadi satu laki-laki yang melepaskan belenggu dan menembus tembok di hati Lo."

"Buka hati Lo, buat gue Ara..."

Tangannya mengepal hebat, terlihat matanya membulat seolah tak tahu apa yang harus dia perbuat. Perlahan tubuhnya mulai berbalik menatap laki-laki yang kini masih berdiri kokoh di belakangnya.

Ara memandang lekat wajah Aksel dari kejauhan. Kenapa? bukankah dia hanya bercanda? pikirnya.

"Lo bisa melangkah maju kapan pun Lo siap. Karena gue yang memulai, gue yang lebih dulu melangkah mendekat kearah Lo."

Ara merasakan kesungguhan tatapan itu.
Aksel, tidak bercanda.

Disaat itu entah mengapa kaki Ara perlahan-lahan melangkah kedepan, sedikit demi sedikit mulai mengikis jarak diantara keduanya.

Tiba-tiba bus itu datang dan menyadarkan Ara yang kini telah maju satu langkah dari posisinya, segera gadis itu lari masuk kedalam bus dan meninggalkan Aksel yang masih terpaku ditempatnya.

Ara duduk di kursi paling belakang, dia sesekali memukul kepalanya pelan. "Sial! apa yang baru saja gue lakuin! bodoh-bodoh-bodoh"

FLASHBACK OFF

"Gue?" tanya Iva masih menunggu jawaban Ara.

Tiba-tiba Ara berdiri tegak dan itu membuat Iva terkejut.

"Astagfirullah! kaget gue!"

"Va, bukankah ini saatnya!"

Iva memandang Ara dengan sorotan mata bertanya-tanya, mengapa gadis itu sangat berapi-api sekarang?

"Saatnya? buat?"

"Iya! Gue harus nyatain perasaan gue sendiri!"

"What? udah gila Lo, Fahri punya pacar Ra! sadar!"

Ara menoleh, memeluk sahabatnya erat. Iva hanya linglung tak mengerti.

"Makasih udah jadi sahabat gue, kalau gue gak selamat, tolong_tolong seenggaknya ceritain ke anak cucu Lo kalau Lo pernah punya sahabat secantik gue!" sorot mata Ara penuh dengan keyakinan.

Toktoktok

"Gais beli makan ku_yyy"

Agam menatap keduanya semakin tak mengerti. Ara melangkah mendekati Agam dan tiba-tiba dia memeluknya erat membuat Agam sedikit berontak.

"Ra! Lepasin gue anjir Lo kenapa?" tanya Agam sembari menatap Iva yang masih melongo.

"Ahh, seenggaknya gue pernah punya kembaran yang otaknya lemot kayak Lo."

Jomblo, Bodo Amat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang