DUAPULUHEMPAT

90 40 137
                                    

1 Minggu kemudian...

Sejauh Aksel hidup baru pertama kalinya dia terlihat sangat antusias dan berdamai dengan option ABCDE, bahkan Ical dan Rey yang memandang ketekunan Aksel akhir-akhir ini mengira bahwa temanya itu kerasukan jin. Jin golongan cendekiawan.

Sampai tiba hari ini, seluruh wali murid SMA Pertiwi datang untuk mengambil buku tebal berisi daftar nilai ananda mereka.

Karena Ana melahirkan anak kembar, alhasil ya...

"Ibu mana? udah dateng?"

Agam mengangguk, "tuh udah masuk."

Ara terlihat sangat dramatis akan nilai yang dia dapat, sedangkan Agam hanya berpandang santai.

"Kenapa sih Ra? Alay banget!"

Ara berdecak sebal, "Lo gak pernah ngerasain sehari semalem di ceramahin gegara nilai Lo turun! Btw gimana nilai Lo?"

Agam beralih menyembunyikan buku raportnya ke belakang.

Ara tersenyum menyelidik, "haha pasti bagusan gue kan? haha jujur Lo pasti gak masuk 5 besar kan!"

"Ma_mana ada! gue tuh pinter!"

Ara mencoba merebut raport Agam namun tertahan karena melihat sosok wanita paruh baya keluar dari dalam kelas.

"Gimana? gimana? ada yang remidi gak?"

Wajah Ana yang tadi datar kini berubah merekahkan senyumnya. "Bagus, nilainya masih stabil. Agam juga gak ada yang merah."

"Ahh syukurlah!"

"Haha udah yok pulang, Agam laper Bu!"

Sekilas Ara teringat Aksel, dia ingin tahu bagaimana nilaninya. Entah mengapa orang tua Aksel tidak mengambil raport di dalam kelas seperti wali murid lainya. Mungkin karena dia golongan--horang kayah.

"Ibu duluan aja sama Agam. Ara masih ada urusan bentar, nanti pulangnya gak kesorean kok!" seraya meninggalkan Ibu dan kembaranya.

"Kakak kamu punya pacar?"

"Gak tau, lagian mana ada orang yang mau sama Ara. Hahaha."

"Maksud kamu kakak kamu jelek gitu? Ibu aja cantik gini masak anak Ibu dibilang jelek! dasar anak nakal! nakal!"

Agam merintih karena gaplokan tangan ibunya. Pelan sih tapi tetep aja sakit.

"Aduhh, aduhh bukan gitu Bu! ahh tungguin akoh! Ibuku yang cantik bagai bidadari yang jatuh dari genteng."

Siluet tajam kembali terpancar dan menghentikan langkah wanita itu.

"Ayah mu saja jelek! pantes nurun ke anak lakinya!"

"Ahh Ibu mah! Lihat dongg anakmu ganteng gini dibilang jelek!"

"Laku gak?"

"Belum,"

"Yaudah tandanya kamu jelek!"

Sakit. Bagaikan jatuh tertimpa tangga masih ditimpa pohon, pesawat, planet, matahari dan segala isi bumi.

***

Ara menemukan Aksel yang kini masih didalam ruang kepala sekolah bersama dengan, sepertinya sih Ayahnya karena Ara hanya mendengar 3 suara laki-laki dari luar.

Jomblo, Bodo Amat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang