⚔⚔⚔
Musim penggugur mulai memasuki wilayah agung itu. Sinar cahaya matahari malu-malu menunjukkan dirinya, sehingga udara nampak cukup dingin dibandingan musim-musim sebelumnya. Walaupun masih belum sedingin musim winter, namun autumn kali ini masih bisa disebut musim dalam rentang suhu rendah.
"Maaf, Pangeran. Sudah waktunya Anda bangun. Sore ini ada latihan khusus untuk Anda."
Panggilan yang tidak cukup keras itu tak mampu membangunkannya. Di bawah sinar samar matahari pukul tiga sore, seseorang dengan rambut hitam legam tengah berbaring sambil menuntup wajahnya dengan royal coat-nya.
"Maafkan saya, Pangeran Wong. Tapi ini waktunya Anda berlatih."
Barulah ketika tangan sang pendamping mengguncang bahu Pangeran, ia terbangun.
"Sudah jam tiga sore, Yang Mulia. Anda telah tertidur selama dua jam lamanya, sekarang waktunya Anda berlatih." Kata lelaki berwajah lembut itu. Intonasinya sangat sopan dan halus, sehingga seseorang yang ia bangunkan tidak tega memarahinya.
"Hah? Gue dimana?" Jeritnya panik.
"Anjir! ini dimana? Kenapa gue pakai pakaian kayak gini?!"
Paniknya sambil berdiri asal. Pemuda tampan itu melirik sekeliling, ada air terjun jernih dan pohon apel yang menjulang di atasnya. Sejauh mata memandang, pemuda itu melihat betapa agungnya bagunan klasik megah yang berdiri sekitar 200 meter dari tempat ia berdiri. Tidak hanya itu, ia juga melihat lahan-lahan pegunungan tinggi yang bersalju diatasnya, beserta guguran daun berwarna coklat-jingga yang menghiasi jalanan landai itu.
"Yang Mulia, Anda baik-baik saja?"
Pemuda itu menoleh, matanya mendelik samar, keringat dingin bercucuran deras di daerah pelipisnya.
"Gue dimana? Please, kasih tau gue." Ujarnya melemah.
Sang pendamping menunduk, "Maaf saya tidak mengerti, Yang Mulia, Anda mungkin sedang tidak sehat, apa lebih baik kita tunda dulu latihannya?"
"What? Latihan? Latihan apa?" Katanya masih clueless. Sebenarnya ia terdampar di negeri mana?
Sang pendamping merundukkan bahunya, "Seperti biasa Anda pasti akan berlatih pedang bersama Raja sore ini."
"Pedang?"
Sang pendamping mengangguk sopan.
"Gue latihan pedang? Sama Raja? WHAT? LO GILA? GUE BUKAN PANGERAN WOY, GUE MASIH SMA." Teriaknya spontan. Membuat Sang pendamping semakin merunduk dengan wajah sedikit ditekuk.
Pemuda itu memutuskan untuk beranjak dari tempatnya. Tidak peduli royal coat-nya akan kotor saat menginjakkan kaki pada tanah. Ia melirik sekeliling, tempat ini indah, sama seperti di cerita dongeng, tetapi baginya ini tempat yang sangat asing. Seumur hidup rasa-rasanya ia belum pernah bermimpi senyata ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Wonderland✔︎
Fanfiction[ "𝑇ℎ𝑒𝑟𝑒'𝑠 𝑛𝑜 ℎ𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑜𝑟 𝑢𝑠. 𝐵𝑢𝑡 ℎ𝑒𝑟𝑒, 𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑎𝑠𝑡 𝑤𝑒 ℎ𝑎𝑣𝑒 𝑜𝑛𝑒, 𝑐𝑎𝑛 𝑤𝑒?" ] Setidaknya ada 1 dari 100 orang yang percaya bahwa dunia dua dimensi itu ada. Dari sekian banyaknya manusia yang tidak perc...