⚔⚔⚔
"Ladies and Gentlemen, attention please. Before starting the event, let us welcome King Castopelan into the Ballroom first. Everyone, please bow for a moment into our King."
"God bless you!"
"Long life for King Castopelan!"
Begitu mendengar sorak sorai dari ruangan utama, Hendery lantas berdiri gelagapan. Ayahnya sudah datang bersama beberapa rombongan pengikut dibelakangnya. Lelaki itu sontak meremas jemarinya kuat-kuat, merasa sedikit gugup karena ia satu-satunya keluarga kerajaan yang belum ada disana.
Kegelisahan Hendery bisa Ivona tangkap melalui netra segelap malamnya. Seraya membawa jemarinya menyentuh bahu Hendery, Ivona tersenyum kalem menatap lelaki itu. Berusaha menghentikan sedikit kegugupan yang lelaki itu pelihara di pikiran.
Sejenak Hendery tertegun menyadari bahwa dirinya tidak sendiri disini. Masih ada Ivona yang selalu menjadi penenangnya. Pergerakan waktu seakan melambat saat Hendery tersenyum begitu manis ketika jemarinya mengelus pipi Ivona lembut.
"Gue pergi, sebentar aja." Ujar Hendery yang direspon oleh anggukan Ivona.
Dengan begitu, Hendery menghilang secepat kilat dimakan cahaya terang Ballroom. Ivona hanya bisa menghela nafas setelahnya. Disaat ia bersama Hendery, ia akan sepenuhnya menaruh atensi ke pemuda itu. Tetapi ketika dirinya sudah berada bersama perasaan yang tak menentu, Ivona tidak akan segan memikirkan hal yang seharusnya tidak ia pikirkan.
"Mau sampai kapan, Der? Mau sampai kapan lo tarik ulur?"
Ivona sepenuhnya sadar betul apa maksud kalimat yang ia lontarkan barusan. Perasaan gadis itu kian termakan semu. Entah Ivona yang terlalu berharap atau justru Hendery sendirilah yang mencoba menarik Ivona menuju permainan yang sedang lelaki itu buat.
Tidak. Hendery bukanlah lelaki seperti apa yang Ivona pikirkan sekarang. Hendery tidak mungkin begitu, pikir Ivona mencoba meracuni pikirannya dengan hal-hal positif.
⚔⚔⚔
Setelah melalui beberapa penyambutan yang Hendery anggap sebagai penyambutan terlama, kini lelaki itu bisa bernafas lega saat dentingan gelas terdengar di telinga. Hal itu menandakan bahwa pesta bisa segera dilaksanakan.
Hendery diam-diam tersenyum kecut saat dirinya dipaksa sebelah pihak untuk meminum segelas anggur merah. Untuk sesaat, Hendery hampir ingin memuntahkan isi perutnya saat minuman merah kental itu memasuki tenggorokan.
"Cheers!"
Lelaki bersurai gelap dengan wajah kecut itu kembali meminum anggurnya. Dalam hati ia sudah mengumpat sesaat setelah seorang Pangeran kerajaan sekutu menuangkan anggur di gelasnya lagi. Hendery merutuk sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Wonderland✔︎
Fanfiction[ "𝑇ℎ𝑒𝑟𝑒'𝑠 𝑛𝑜 ℎ𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑜𝑟 𝑢𝑠. 𝐵𝑢𝑡 ℎ𝑒𝑟𝑒, 𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑎𝑠𝑡 𝑤𝑒 ℎ𝑎𝑣𝑒 𝑜𝑛𝑒, 𝑐𝑎𝑛 𝑤𝑒?" ] Setidaknya ada 1 dari 100 orang yang percaya bahwa dunia dua dimensi itu ada. Dari sekian banyaknya manusia yang tidak perc...