⚔⚔⚔
"OKE CUT!" Teriak Mark sambil merentangkan tangan.
"Bajingan, gue ngomong apa tadi." Geram Ivona meremas-remas naskahnya sendiri.
Hendery di seberang tak kalah frustasi. Ia dengan kesal terus melotot pada Mark dan Dejun yang kentara sekali mengolok-oloknya.
"Udah gue bilang." Hendery buka suara, "Karangan lo selalu cringe, ew."
Ivona mendelik, "Karangan siapa yang lo bilang?!"
"Nggak tahu, siapa sih? Karangan bunga paling."
Semua hening. Ivona yang menggeram rendah langsung terkaget saat melihat Mark sudah berubah menjadi dirinya yang receh.
"Anjir, karangan bunga." Katanya sambil tertawa lebar.
Novan sesesekali ikut tertawa, "Udahlah, Hen. Kasian Ivo lo ganggu terus."
Dalam hati Ivona mengiyakan ucapan Novan. Tapi nyatanya gadis itu hanya diam membisu. Hari ini melelahkan, sangat melelahkan. Jadwal yang ia punya seakan-akan padat tanpa sebab, padahal ia hanya memiliki dua ekstra; Musik dan Theater, tapi kenapa rasanya sangat melelahkan?
Ah... mungkin ini pengaruh bertemu Hendery. Cowok itu akhir-akhir ini menjadi titik melelahkannya. Segala godaan dan candaan terlempar sepanjang pembacaan naskah, Hendery jarang serius, ini resiko besar Novan memilihnya. Hingga beberapa kali Ivona dan Dejun turun tangan dalam hal menasehati Hendery.
Tapi Hendery tetap Hendery. Ia masih sangat bebal.
"Pulang sama siapa?" Tiba-tiba kedatangan cowok beralis tebal mengalihkan lamunan Ivona.
Gadis itu mengulum bibir canggung, "Sendiri deh kayaknya, abang gue lagi kuliah kalo jam segini."
"Bareng gue aja mau?"
"Hah?!" Oke. Ini norak. Ivona belagak seperti tidak pernah dibonceng cowok saja.
"Dia sama gue."
Belum sempat Ivona menerima tawaran Dejun—iya pria itu Dejun—tiba-tiba saja ada pemuda lain menyebalkan yang menyerobot diantara keduanya. Siapa lagi kalau bukan Hendery?
"Lah, gue yang ngajak duluan kampret." Ujar Dejun diselingi rutukan.
Hendery tersenyum lebar, "Lo yang sama gue maksudnya, Jun. Dia biarin pulang sendiri."
"Lo gila?!" Ivona menyeruak masuk, memisahkan Dejun dan Hendery yang berjalan berdampingan.
"Gue waras, lo yang gila." Jawab Hendery tak kalah menantang, "Inget ya, Jun, sekarang ada jadwal bimbel." Kemudian Hendery mengecek jam tangannya, "Udah jam tiga. Berarti tinggal tiga puluh menit lagi, lo yakin nganterin dia yang rumahnya sejauh mata memandang?"
Ivona mendecak. Sedangkan Dejun terlihat panik, "Oiya! Astaga, gue lupa."
Hendery meringis bahagia, lalu ia memajukan wajah persis di depan Ivona yang sedang merenggut kesal—lagaknya Hendery ingin menyombongkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Wonderland✔︎
Fanfiction[ "𝑇ℎ𝑒𝑟𝑒'𝑠 𝑛𝑜 ℎ𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑜𝑟 𝑢𝑠. 𝐵𝑢𝑡 ℎ𝑒𝑟𝑒, 𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑎𝑠𝑡 𝑤𝑒 ℎ𝑎𝑣𝑒 𝑜𝑛𝑒, 𝑐𝑎𝑛 𝑤𝑒?" ] Setidaknya ada 1 dari 100 orang yang percaya bahwa dunia dua dimensi itu ada. Dari sekian banyaknya manusia yang tidak perc...