⚔⚔⚔
"Nyet!"
"Woi, nyet!"
"Ivona!"
"Von-von."
"WOI, OON!"
"Hah?! Apaan?! Astaga, gue mimpi apa barusan..."
Hendery menekuk alis bingung. Tingkah perempuan di depannya ini membuatnya pusing tujuh keliling.
"Kenapa sih lo?" Tanya cowok itu, "Makanya, Neng. Jangan ketiduran sampe sore dong."
Ivona melirik ke sekitar, ternyata Hendery benar, hari sudah semakin gelap. Kemudian Ivona milirik jam tangannya, lalu menghela nafas kasar. Jam 06.04, ia tertidur sekitar dua jam, anehnya tidak ada orang yang berani membangunkan.
"Aduh, kenapa gue sampe ketiduran ya..." gumamnya masih bisa didengar Hendery.
Cowok itu berdecak, "Lo kecapean, dodol."
"Dih ngapain lo peduli! Sana pergi, hus -hus."
"Heh! Kalau bukan gue yang bangunin lo, mungkin lo bakal tidur sampe pagi." Katanya sedikit menjerit.
Ivona yang sudah berdiri di trotoar pun berhenti, "Ya, bagus dong! Gue bisa langsung sekolah."
Hendery mengacak pinggang. Kini berjalan lambat kearah Ivona yang sedang merunduk pada ponselnya. Dari samping begini, Hendery bisa melihat gadis itu sedang mengetik sesuatu di ponselnya. Lalu tanpa dosa, cowok berambut belah tengah itu merampasmya dari gadis itu. Ivona merutuk sebal, melotot pada Hendery yang semena-mena men-scroll chat-nya dengan seseorang.
"Dejun udah pulang sepuluh menit yang lalu." Ujar Hendery menatap datar.
"Gue nggak minta dijemput ya." Geram Ivona ingin merampas ponselnya.
Hendery mengacungkannya keatas, sehingga Ivona tidak dapat meraih, "Terus ini apa? Udah jelas-jelas lo minta dia jemput." Gadis itu mengernyit, tiba-tiba nada bicara Hendery menjadi dingin, "Mending lo nggak usah nunggu dia deh, sekarang jam berapa coba? Lo mau dibohongin terus?"
"Apaansih, Heng." Ivona menciut.
"Gue tahu lo nunggu Dejun sampe jam segini." Gadis itu meneguk ludah, "Gue tahu lo bukan nunggu ojol, tapi malah nunggu Dejun. Na, dia sibuk, eh bukan—" Kata Hendery, "Dia nggak peduli, Na. Buktinya sekarang dia pulang duluan kan? Tanpa nungguin lo."
Ivona mengerjap banyak. Diam tanpa suara dengan tubuh kaku, pandangannya jatuh menatap sepatu putih yang ia pakai. Kemudian ia menghela nafas samar, ia tidak boleh keliatan terganggu oleh ucapan Hendery. Cowok itu sudah banyak mengerjainya, tidak semudah itu ia percaya.
"Lo tahu apa sih soal Dejun?" Sahut Ivona, "Lo ngomong gini berasa ngejatuhin sahabat lo sendiri, Heng."
Hendery mendesis, "Emang lo tahu apa soal Dejun? Gue temenan dari TK dan udah dua belas tahun, lo berapa tahun coba?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Wonderland✔︎
Fanfiction[ "𝑇ℎ𝑒𝑟𝑒'𝑠 𝑛𝑜 ℎ𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑜𝑟 𝑢𝑠. 𝐵𝑢𝑡 ℎ𝑒𝑟𝑒, 𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑎𝑠𝑡 𝑤𝑒 ℎ𝑎𝑣𝑒 𝑜𝑛𝑒, 𝑐𝑎𝑛 𝑤𝑒?" ] Setidaknya ada 1 dari 100 orang yang percaya bahwa dunia dua dimensi itu ada. Dari sekian banyaknya manusia yang tidak perc...