Jalanan yang Hendery lewati masih senantiasa lengang. Si lelaki memang mempunyai obsesi berjalan kaki yang berlebihan, walaupun itu malam sekalipun. Baginya, berjalan kaki bisa membuat sisi kecil dari kehidupan terlihat dengan jelas. Entah itu sebagian kecil dari obrolan orang-orang asing yang Hendery lintasi, anak-anak kecil yang berlarian bersama orang tuanya, bahkan sampai pemandangan kucing kecil yang meringkuk dibawah kursi panjang.
Salah satu spot kesukaan Hendery adalah ketika dirinya dihadapkan bersama seekor kucing kecil. Hendery budak cinta akut pada hewan lucu ini, tidak heran ia selalu membawa makanan khusus kucing setiap saat.
Mengistirahatkan kakinya sejenak, Hendery beralih menduduki kursi besi yang menghadap langsung kearah taman. Jemarinya mengelus punggung kucing kecil yang kini sedang mengunyah makanan khusus yang Hendery bawa. Kucing itu nampak tenang, tak seperti kebanyakan kucing liar yang ia temui.
Hendery menunggu kucing kecil itu menghabiskan makanannya sambil memandang kosong ke depan. Walaupun sudah dua tahun terlewati, isi otak Hendery dikala ini masih tetap sama, seolah-olah terputar pada satu nama tanpa menemukan titik henti yang jelas. Hendery menghirup udara malam dengan perasaan gusar, jantungnya mendadak berdetak cepat saat jemari lelaki itu mengelus tulang selangkanya yang sudah diisi ukiran nama seseorang. Seseorang yang dua tahun lalu membaca pesannya tanpa mengirim jawaban.
Pada saat itu, Hendery tak kalah kacau dengan kondisi Ivona. Lelaki itu sempat dilanda ketakutan yang membuatnya sedikit traumatis. Hendery bangun di dalam kondisi setengah sadar, matanya membelalak kaget saat menyadari bahwa kini dirinya sedang berada di negara orang. Tak ada siapa-siapa, tak ada seorangpun yang menghubunginya juga saat itu. Hendery tetap berusaha mengingat dan untungnya Hendery tahu apa alasan ia berada disini—melanjutkan kuliah.
Belum cukup puas dengan ingatan itu, Hendery tahu-tahunya berusaha mengingat seorang gadis yang tak lain dan tak bukan adalah Ivona. Si gadis biasa anggota Theater yang dulu membencinya setengah mampus. Alih-alih mendapatkan ingatan tentangnya, Hendery justru semakin melupakan gadis itu, memorinya memburam dan lama-kelamaan terhapus bersama dengan rasa sesak yang entah kenapa membuatnya tak nyaman. Hendery melewati kejadian itu sendirian dalam waktu yang cukup lama.
Ada satu hal yang Hendery syukuri dari hari itu—kenyataan bahwa dirinya sudah mengabari Ivona terlebih dahulu—namun sayangnya jawaban sang gadis tak dapat ia ketahui sampai sekarang. Hendery pernah berpikir, apa yang harus dirinya sesali? Mengapa harus Ivona yang lelaki itu khawatirkan? Mengapa dirinya memaksa untuk mengingat Ivona?
Jawabannya ada pada tatto di tulang selangkanya.
Hendery tidak benar-benar melupakan Ivona. Nama gadis itu masih berputar tanpa arah, mencipta sebuah badai yang tak pernah usai mengganggu pikiran. Kalau lelaki itu ditanya, "Apa gunanya inget sama seseorang yang bahkan belum tentu inget kita?"
Maka Hendery akan dengan lantang menjawab, "Karena dia Ivona. Cewek itu nggak pantes dilupain."
Seekor kucing liar akan Hendery beri nama Ivona, seorang anak kecil yang tak sengaja menabraknya juga ia sebut Ivona, sebuah bangunan tua tak bernama juga akhirnya ia beri nama Ivona. Semua saksi kehidupan Hendery—dari mahluk hidup sampai benda mati sekalipun—akan ia beri nama Ivona. Setidaknya jika gadis itu tidak mengingat nama Hendery, ada lelaki itu yang berlapang dada mengingat Ivona Delmarine disini.
"Maaf ya nggak bisa ajak lo pulang." Kata Hendery begitu menyadari bahwa ada kucing kecil yang mengeong di bawah, "Lo mau gue namain Ivona, nggak?"
Secara tidak sengaja, kucing kecil itu mengeong nyaring, "Oke, sekarang nama lo Ivona." Kekeh Hendery seraya memberi elusan lembut di puncak kepalanya, "Tapi, Na. Gue harus ninggalin lo sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Wonderland✔︎
Fanfiction[ "𝑇ℎ𝑒𝑟𝑒'𝑠 𝑛𝑜 ℎ𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑓𝑜𝑟 𝑢𝑠. 𝐵𝑢𝑡 ℎ𝑒𝑟𝑒, 𝑎𝑡 𝑙𝑒𝑎𝑠𝑡 𝑤𝑒 ℎ𝑎𝑣𝑒 𝑜𝑛𝑒, 𝑐𝑎𝑛 𝑤𝑒?" ] Setidaknya ada 1 dari 100 orang yang percaya bahwa dunia dua dimensi itu ada. Dari sekian banyaknya manusia yang tidak perc...