11. Umbră Şi Reîncarnare

293 72 5
                                    

⚔⚔⚔

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚔⚔⚔


Menyesap minuman anggur, bahu kokohnya menyender pada kursi kayu reot yang berada di dalam gudang kumuh itu. Layaknya elang, netra sekelam palung terdalam itu menatap satu arah ke depan. Lalu tanpa perintah sudut bibirnya naik, mencipta sunggingan penuh arti.

"Hanzel."

Pintu tua tersebut berderit memecah suara sunyi di dalam. Debu halus mulai beterbangan menyentuh permukaan kulit sesaat setelah kayu reot itu terbuka. Seseorang berpakaian prajurit dengan bahan kain hitam itu, mendekat sambil membungkuk.

"Iya, Yang Mulia. Anda perlu bantuan?"

Suara selembut kain sutra membuncah keheningan, "Cari tau tentang perempuan itu. Berikan informasi pribadinya sekarang juga."

Tidak ada alasan untuk menolak, Hanzel kemudian menyanggupi perintah Tuannya. Suara debuman pintu lantas membuat Xiaodejun menyangkup tangan di dada.

Ditatapnya wine yang tersisa sedikit di gelas tinggi miliknya. Warna merah pekat mendominasi. Cairannya sudah menjadi favorit Xiaodejun bahkan sedari umur belasan, anggapannya, wine memang sudah menjadi pendamping hidupnya selama beberapa tahun belakang.

"Apa kau akan tergantikan sekarang?" Kekehan penuh tanda tanya berkumandang. Xiaodejun menatap lamat-lamat cairan merah pekat itu yang sedikit bergoyang.

"Maaf, sekarang aku sudah punya penawar lain." Senyum angkuhnya masih belum luntur tatkala bantingan gelas tadi terlempar menuju dinding kumuh tepat disebelah barrel kosong.

Cairan itu meleleh menyentuh lantai kotor bersama dengan pecahan beling yang berserakan.

Xiaodejun menepuk bahunya perlahan, ketika melihat debu halus jatuh di pakaiannya. Tempat penuh dengan serangga dan kotoran debu usang memang terlihat lebih seperti pembuangan sampah. Tapi seorang Xiaodejun—generasi pertama Elhana— justru menjadikan ruangan kecil ini sebagai tempatnya berpikir.

Surai kecoklatannya pun kian ternodai oleh butiran-butiran halus yang jatuh dari atap rusak diatasnya. Walaupun kilaunya tetap tiada tanding, tetap saja kotoran itu bisa merusak tatanan rambut Xiaodejun.

Tak pernah merisaukan hal tersebut, pemuda bergaris wajah tampan itu lebih memilih memejamkan mata. Mengambil nafas berat, membiarkan segelintir debu memasuki relung paru-parunya. Kedua sisi kursi reot tersebut ia genggam dengan penuh gelora emosi. Mendengus adalah pilihan paling tepat tatkala pikirannya mulai melayang pada suatu percakapan dengan Raja Castopelan tempo hari.

"Besok di pertemuan para petinggi, aku akan mengumumkan Hendery sebagai pewaris tahta."

Baritone suara Ayahnya masih menari-nari menimbulkan gema suara paling memuakkan di gendang telinga Xiaodejun. Kala itu Xiaodejun hanya mampu menatap gamang Ayahnya tanpa menyetujui pun menolak.

Lost In Wonderland✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang