17. Words Can Burn

234 67 8
                                    

⚔⚔⚔

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚔⚔⚔



Gerimis mengguyur permukaan telapak tangannya yang sedingin musim. Jemarinya menjentik menimbulkan suara yang beradu dengan gemerisik dedauanan mencumbu percikan air. Ketika langit menghitam tanda hujan akan semakin lebat, disaat itulah kedua pasang matanya menutup perlahan. Ia berjalan menapak rumput, menjauh dari tempat teduh. Guyuran hujan menyentuh ujung rambut hitam legam terawat, senyum miring sekelebat mematri indah selayak kembang malam.

“Gadis itu tidak datang, Pangeran.”

“Saya tau.”

Hanzel mengulum bibir merasa pias. Xiaodejun memang iblis tak berhati yang menyesali kenapa ia lahir. Tiada satupun manusia di penjuru Elhana yang sudi berdekatan dengannya. Rumor buruk yang telah digelarkan padanya beberapa tahun silam meluluhtakkan rasa kemanusiaan orang-orang padanya.

“Jangan pernah menatapku dengan pandangan rendah seperti itu.” Tanpa menolehpun, ia bisa merasakan tatapan iba milik Hanzel diseberang.

Hanzel merutuk dalam hati. Seharusnya ia paham bahwa Xiaodejun memang memiliki pengelihatan yang banyak untuk sekedar menyadari ekspresinya.

“Hujan, Pangeran. Sebaiknya anda segera masuk ke kamar.”

“Kau ingin dipenggal?”

Hanzel merasakan gemuruh di dadanya tatkala Xiaodejun melayangankan pandangan datar namun terbesit rasa ingin melampiaskan amarah.

“Jangan biarkan ada seseorang yang memasuki kediamanku, aku tidak ingin diganggu.”

Entah apa yang sudah Xiaodejun tanamkan dalam pikirannya sehingga ia memilih untuk membasahi tubuhnya sendiri dengan guyuran hujan yang kian menit menambah intensitas air.

Hanzel akhirnya menurut lalu menyuruh beberapa penjaga untuk membatasi ruang gerak orang-orang yang ingin memasuki ruangan Xiaodejun. Ajudannya enggan membantah, sebab konsekuensi yang diterima adalah nyawa dirinya sendiri.

Seperti yang sudah-sudah, pemuda itu akan berdiam diri setiap malam, ketika hujan mengguyur permukaan bumi. Xiaodejun paling anti duduk diam sendiri di dalam kamar sebesar itu. Selama tinggal di Istana Pangeran untuk waktu yang lama, Xiaodejun tidak pernah sekalipun menutup matanya di tempat yang paling ia benci.

Pangeran itu membenci ranjangnya sendiri. Setiap kali pemuda itu berusaha memejamkan mata sejenak, ada saja bayangan-bayangan aneh yang bermunculan. Xiaodejun memang bukan pengecut, ia hanya trauma atas kejadian beberapa tahun silam yang menyeret namanya hingga ternoda.

Seumur hidupnya, Xiaodejun hanya pernah tertidur satu kali saja disana. Untuk pertama kalinya ia merasakan bagaimana tidur di ranjang dingin dengan selimut menutupi. Ivona Delmarine adalah alasan utama mengapa aura jahat disekitarnya hilang. Tetapi untuk saat ini, Xiaodejun rasanya tau apa yang membuat gadis naif itu tidak datang.

Lost In Wonderland✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang